Kemajuan teknologi memang memudahkan manusia. Semua bisa dilakukan dengan mudah dan cepat. Tapi sebenarnya teknologi canggih itu menjajah originalitas kita sebagai manusia.
Orang sekarang males menggerakan badan. Tidak lagi menggunakan tangan secara orisinil seperti burung yang menggunakan sayapnya untuk terbang. Nggak heran kalau populasi wong gembrot meningkat pesat. Sori, nggak ada maksud body shaming. Faktanya semakin males gerak, semakin melar itu badan.
Wong mengong juga tambah mbludak. Nggak sedikit kita temui orang jalan menunduk sambil cengar-cengir sendirian di depan layar henpon.
Pagi siang malam nggak bisa lepas dari henpon. Bangun tidur yang dicari pertama kali pasti henpon. Sehari tanpa henpon bisa sakaw.
Suasana puasa sudah jauh berbeda. Sekarang setelah sahur langsung berwhatsapp ria di grup yang ada. Perang stiker nggak jelas. Setelah itu molor sampai siang.
Dulu setelah sahur nggak langsung tidur. Setelah shalat subuh di masjid, langsung lanjut ngeluyur. Masih pakai sarung yang diselempangkan di pundak.
Apalagi di era 80'an - 90'an, di jalanan banyak yang main petasan atau mercon. Saat itu mercon masih halal (walau nggak ada labelnya). Siapapun bebas memiliki dan menyalakan. Barangnya sangat mudah didapat, murah dan melimpah.
Bahkan kalau mau, kita bisa merakit mercon sendiri. Kalau ada yang ukuran jumbo, biasanya itu hasil prakarya anak-anak kampung. Ada yang sampai ukurannya segede kaleng biskuit regal.
Gila men. Ledakannya dahsyat banget. Terdengar sampai ke seantero kampung. Kertas-kertas sisa ledakan berserakan memenuhi jalanan.
Di samping mercon dengan media kertas, ada juga yang pakai bambu (mercon bumbung) yang diisi minyak tanah atau karbit. Suaranya menggelegar tapi relatif lebih aman, paling alis keriting karena tersambar api. Beda dengan mercon kertas yang bisa merontokan jari akibat salah perhitungan waktu.