Halo, sudah terlama aku nggak nulis di Kompasiana. Rasanya sudah puluhan tahun. Kangen rek. Oke pakde bude langsung saja ya.
Ngene rek, gambar di atas adalah garapan cover untuk Duo Etnicholic. Konsepnya agak rumit, menggambarkan keragaman budaya bangsa kita dengan segala keunikannya. Makanya nggak semua bisa aku gambar. Disamping space-nya terbatas, juga repot ndesainnya kalau kebanyakan obyek. Mumet mboel.
Yang bisa aku tampilken cuman adat budaya etnik dari Jawa dan sekitarnya. Jadi sori kalau nggak ada Papua, Ambon, atau yang lainnya. Bahkan Madura nggak ada, padahal ada satu lagu yang pakai bahasa Madura (Hip Hip Duro). Mungkin album berikutnya ada gambar Karapan Sapi atau pak Sakerah ngasah celurit.
FYI, aku kadang tersinggung kalau mendengarkan lagu dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Ojok-ojok iku ngerasani aku.
Duo Etniholic ini diam-diam telah menjuarai festival musik Sopravista International Festivals di Italia, kategori duet mixed vocal and instrumental pada 23 Desember 2020 lalu. Lewat lagu "Hijau Lestari". Kok iso yo.
Duo Etniholic ini digawangi oleh Redy Eko Prastyo pada dawai dan Anggar pada vokal. Juga dibantu oleh beberapa musisi sukarelawan yang sudah malang melintang di dunia gaib (musik iku termasuk gaib, iso dirasakno tapi gak ketok moto).
Redy ini nggak cuman musisi, tapi juga penggagas dan penggerak Jaringan Kampung Nusantara. Dan sempat mendapat penghargaan dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) di tahun 2019 lalu. Nasibe apik arek iki.
Redy iki semacam adik kelasku di IKIP Malang. Pernah sama-sama aktif di organisasi musik kampus tadi. Pas pertama kenal, wonge biasa-biasa ae (kadang koyok wong kakean ilmu), jauh berbeda dengan sekarang yang sudah swukswes jadi musisi eknik yang juga aktipis budaya. Sedangkan aku pancet koyok mbiyen, king of nggedabrus.
Btw, bicara soal musik, Duo Etnicholic ini memang unik. Musiknya otentik. Nggak ada duanya. Pertama kali ngrungokno, aku bingung. Opo-opoan se iki. Tapi setelah diamati dengan cara seksama dan dengan tempo yang sesingkat-singkatnya, kesimpulanku simpel saja : mbois. Wajar kalau jurinya kepincut (terutama karo vokalise).