Lihat ke Halaman Asli

Robbi Gandamana

TERVERIFIKASI

Ilustrator

Ketika Menyerah Sudah Terlambat

Diperbarui: 29 Mei 2021   08:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: 123rf.com

Dulu saat fesbuk baru mulai muncul, banyak yang gengsi bikin akun (kayak tiktokan saat ini), termasuk aku. Karena pikiran kita dulu fesbuk itu konsumsinya anak abege. Pokoke gengsi kalau ikut-ikutan fesbukan.

Tapi setelah lama mengamati teman kanan kiri kok koyoke asyik fesbukan, akhirnya bikin akun juga (woala weduss). Dan malah ketagihan, karena ketemu teman-teman lama saat esde sampai kuliah.

Fyi, Konco sekolahku akeh rek. Soalnya aku dulu nggak naik kelas dua kali. Pertama saat SD, karena sakit kuning selama tiga bulan. Yang kedua saat SMA, karena nakal dan juga ndlahom. Asline aku angkatan luawas rek, but i'm still very young.

Dari semua teman yang ketemu di fesbuk, banyak yang aku masih ingat tapi lebih banyak yang pangling. Soale bentuke  wis berubah jauh dari saat sekolah dulu. Akeh sing wis lemu, bunder, jajaran genjang, pokoke berubah.

Banyak yang dulu wajahnya tirus, sekarang jadi kotak. Mbiyen mbois koyok Tom Cruise, saiki dadi Sponge Bob. Ya'opo rek.

Alhamdulillah, itu menunjukan kalau mereka sudah makmur. Dulu kurus karena terpaksa, uang jajan pas-pasan. Ke KFC saja setahun sekali. Itu pun kalau ada proyek. Kalau nggak ada ya harus bersyukur banget bisa makan ayam goreng di warung Mbah Komariah. Warung legend yang merangkap margasatwa, karena banyak hewan peliharaan mondar-mandir.

Zaman kuliah dulu, makan ayam goreng di warung legend tadi sudah mewah di atas mewah. Kalau ada yang ditraktir milih lauk ayam goreng padahal yang nraktir cuman lauk tempe, pasti disindir, "Ayam ni yeeee.."

Tapi manusia memang nggak bisa diandalkan. Gagah itu umur 35an. Nanti kalau sudah umur 40an, wetenge mblendung. Tangi isuk bingung, nggoleki peline ora ono. Ternyata ketutupan weteng.

Makane gak usah nggaya punya wajah mbois. Diluk maneh mengkerut koyok bokonge panci lawas. Masio operasi plastik, tetep tidak akan mengembalikan masa muda. Tiwas duwik entek atusan juta ewueket. Mending sumbangno nang yayasan anak terlantar. Itu jelas lebih baik, gawe sangu nang akhirat.

Waktu melesat dengan sangat cepat, sementara kita  tiap hari asyik masyuk tenggelam dalam urusan duniawi. Sampai lupa kalau nggak hidup selamanya. Bendino sibuk berlomba-lomba ngeksis. Kelihatannya menyebarkan kebaikan, ternyata mejeng yang terselubung. Instagram banget.

Di instagram isinya orang-orang dengan model seperti itu. Foto mejeng di tempat tertentu dengan muka sendu dimanis-maniskan dengan caption yang filosofis : "Hidup itu adalah..." Ala taek  :) . Dan yang nge-like ratusan orang. Sementara orang yang posting karya (bakat yang nggak semua orang bisa) kalah like.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline