Lihat ke Halaman Asli

Robbi Gandamana

TERVERIFIKASI

Ilustrator

Cak Nun dan Perjalanan 67 Tahun yang Selalu Dirindukan

Diperbarui: 28 Mei 2020   15:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

koleksi pribadi

Biasanya orang yang disebut selebritis itu adalah artis yang sering ngeksis di media massa. Atau yang sering bikin konten di medsos  dengan follower jutaan.

Beda dengan Cak Nun (atau Mbah Nun, sori di sini aku pakai nama Cak Nun saja. Karena nama itu yang paling populer). Beliau dikenal luas tanpa harus tampil di tivi maupun koran.

Andai terpaksa masuk tivi, itu pun TV lokal. Dan bukan karena keinginannya, tapi pihak tivi yang minta. Urusannya adalah sodaqoh pada awak tivi, bukan bisnis maupun ngeksis.  

Cak Nun adalah selebritis sejati. Dikenal luas tidak dengan ngeksis. Bahkan bisa jadi beliau lebih terkenal dibanding selebritis yang tiap hari ngeksis abis.

Nggak cuman terkenal di dunia nyata, di dunia jin pun terkenal. Ketika ada anak kesurupan dan yang menangani anak buahnya Cak Nun, si jin langsung minggat, "Wah lha kok anak buahe Cak Nun. Aku tak lungo ae. Wasyuu."

Cak Nun nggak punya akun medsos. Dan nggak mau masuk TV nasional. Sudah berkali-kali menolak undangan Najwa Shihab tampil di acaranya. Juga menolak tampil di ILC  TV One.

Pernah sekali ILC menampilkan rekaman sekilas saat beliau berpesan pada rakyat Indonesia yang saat itu terpecah menjadi dua kubu akibat Pemilu. Itu karena didatangi langsung oleh awak TV One di rumahnya. Nggak tega nolak.

Setelah rekaman itu disiarkan, orang-orang pada komen, "Wah, Cak Nun turun gunung.."

Turun gunung ndasmu. Sejak kapan Cak Nun bertapa di gunung. Beliau bukan pendekar tapak najis. Dipikirnya selama ini Cak Nun di rumah cuman tenguk-tenguk karo nyekeli manuk.

Setelah Soeharto lengser, Cak Nun memilih bergerilya keliling daerah, shalawatan sambil membesarkan hati rakyat. Memberi alternatif cara hidup yang wasyik. Menjadi keranjang sampah yang menampung keluh kesah rakyat.

Cak Nun memilih jalan itu karena tahu kalau reformasi itu cuman basa-basi. Lha wong yang turun cuman Soeharto tok. Pengikutnya masih ngendon di pemerintahan. Mengamankan hasil rampokan masing-masing. Nggak heran kalau sampai sekarang malingnya nggak pernah berkurang, malah tambah banyak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline