Lihat ke Halaman Asli

Robbi Gandamana

TERVERIFIKASI

Ilustrator

Selesaikanlah Hati Sebelum Bermaaf-maafan

Diperbarui: 23 Mei 2020   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Aku pasti pernah salah pada anda-anda semua. Nggak mungkin kalau nggak pernah. Lha wong tulisanku nylekit, omonganku pating pecotot. Ceplas-ceplos gak karu-karuan.

Jadi aku merasa sangat perlu dan harus yang memulai minta maaf.

Aku tahu memaafkan itu nggak mudah. Padahal memaafkan itu jauh lebih nikmat dari minta maaf.

Sama dengan memberi, itu jauh lebih melegakan jiwa daripada diberi.

Tapi kadang manusia punya gengsi yang berlebih. Terutama jenis manusia pendendam. Ini agak susah memaafkan. Mereka lebih mengingat kesalahan orang daripada kebaikannya.

Sekali bikin kesalahan fatal, seribu kebaikan temannya di masa lalu langsung hangus tidak tersisa. Bahkan nggak ada ampasnya.

Mereka sulit memaafkan. Kelihatannya sudah salaman dan minta maaf, tapi hanya sampai tenggorokan. Nggak nyampai hati. Cuman formalitas.

Susah berteman dengan species seperti itu. Apa pun dimasalahkan. Dan dia selalu merasa jadi pihak yang paling benar. Gak onok salahe. Maha benar segala titahnya.

Maka jangan mau repot meladeni species ini. Argumennya diiyakan saja. Daripada waktu dan tenagamu tersita. Bikin bad mood. Sudah bad face, bad mood lagi. Perfect.

Lagian buat apa memperdebatkan kebenaran. Kebenaran itu relatif. Nggak ada yang betul-betul benar. Semua tergantung pada cara pandang, sudut pandang, jarak pandang, dan pandangan pertama..eh nggak ding.

Ada masa di mana hati seseorang sudah selesai. Sudah gampang minta maaf, mudah memaafkan, sibuk mengingat-ingat kesalahan sendiri dan lebih banyak mencari kebaikan orang lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline