Lihat ke Halaman Asli

Robbi Gandamana

TERVERIFIKASI

Ilustrator

Laporan Palsu adalah Riba yang Melegenda

Diperbarui: 8 November 2019   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.shutterstock.com/hilalabdillah

Dari dulu aku nggak suka kalau tiap hari harus ngisi laporan hasil kerja. Bagiku yang penting kerjaan beres sesuai target. Jadi nggak tiap hari laporan. Jangan ditanya kapan dan dimana aku nggambarnya, yang penting kerjaan beres dan tepat waktu. Percoyo ae lah, pokoke rembes eh, beres.

Ngisi laporan tiap hari itu rawan terjadinya pembohongan. Karena ingin terlihat rajin di mata atasan, akhirnya melakukan 'penipuan'. Misal seorang ilustrator, sehari cuma dapat 5 gambar tapi ngakunya 15, padahal seharian sibuk WA-an. Raine alim, celonone cingkrang tapi kok gampang banget nggawe laporan palsu. Eman cingkrangmu Ndes. Cingkrang celanamu, cingkrang imanmu kawan.

Hal seperti itu bisa berlaku pada profesi yang lain. Entah desain grafis, lay out, dan seterusnya. Kalau orangnya nggak jujur, laporannya penuh dengan tipu-tipu. Saat akhir bulan dapat uang lemburan yang lumayan, do'i sujud syukur, "ngAlhamdulillah ya Awohh." Padahal hasil dari laporan lemburan tipu-tipu. Nglembur tapi fesbukan ae. Kok yo iso tenang atine, anake dipakani nggawe duwik syubhat (bisa jadi malah haram).

Tipu-tipu semacam itu adalah riba. Riba itu nggak cuman urusan bunga bank. Jauh sebelum ada bank, istilah riba itu sudah ada. Apapun bentuk kecurangan adalah riba. Kalau lima jangan dibilang lima belas. Di dunia kerja buanyak sekali praktek riba. Misal laporan pajak tipu-tipu. Itu riba banget.

Dan apesnya aku sering kali diminta tolong mengedit laporan seperti itu, karena aku paham Photoshop. Ditolak sungkan, nggak ditolak kok langganan. Akhirnya untuk mengingatkannya secara halus, file-nya aku kasih nama 'tipu-tipu 1', 'tipu-tipu 2' dan seterusnya. Tapi tetap dianya nggak jadi sadar. Di lain waktu tetap nyuruh ngedit laporan palsu lagi. Jahannam!!!

Semoga Tuhan nggak marah. Karena kalau ditolak mentah-mentah seduluran bisa ambyar. Aku hanya bisa berdoa atau berharap dia segera sadar. Mugi-mugi jembaro kubure.

Di zaman sekarang, sadar atau tidak, tiap hari kita hidup di kubangan riba. Kalau cuman nabung di bank sih wajar, karena keadaannya memaksa begitu. Mau bank konvensional atau syariah sama saja. Istilah syariah itu dipakai untuk tujuan dagang, memperluas pasar. Jadi jangan percaya begitu saja kalau yang syariah itu pasti tidak ada riba. Podo kabeh.

Saat ini orang jujur itu kayak Alien. Terpojok sendiri di tengah-tengah para penghamba riba. Betul jarene Mbah Gendon, "Saiki zaman edan, ora edan ora keduman". Edan yang dimaksud di sini adalah tidak benar, ngawur, maling, penipu, pemalsu, dsb. Tapi aku gak melok-melok rek, emploken kono kabeh. Insya Alloh.

-Robbi Gandamana-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline