Lihat ke Halaman Asli

Robbi Gandamana

TERVERIFIKASI

Ilustrator

10 Hukuman Alternatif Mempermalukan Koruptor

Diperbarui: 28 Februari 2016   19:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi oleh Robbi Gandamana"][/caption]

Upaya pemerintah dalam memberantas tuntas koruptor kayaknya masih kurang greget. Perlakuan dan hukuman pada koruptor yang tertangkap masih terlalu baik hati. Jauh beda perlakuannya pada maling kampung yang babak belur jadi bulan-bulanan massa dan aparat.

Kelakuan para koruptor yang cengengesan, melambaikan tangan atau acungkan tiga jari metal saat difoto wartawan, sungguh bikin rakyat tepok jidat. Seperti tak ada beban moral atau rasa malu atas perbuatannya maling uang negara yang juga uang rakyat itu.

Kayaknya korupsi sudah bukan hal yang memalukan dan sudah jadi peradaban. Jadi jangan heran jika korupsi makin massif dan canggih. Negara bakalan mumet ngurusnya. Sekarang pun nggak mungkin semua kasus korupsi bisa ditangani. Di samping butuh waktu, tenaga dan dana yang besar, penjaranya juga nggak bakalan cukup.

Sampai Gus Dur nyindir, "Bangsa ini adalah pengecut, karena tidak berani menindak yang salah." Maksudnya tak berani menghukum Soeharto, sang bapak koruptor. Walaupun jasa Soeharto besar pada negara tapi hukum harus ditegakan. Seperti yang pernah ditimpakan pada Ferdinand Marcos, Presiden (diktator) Piliphina yang lari tunggang langgang ke luar negri.

Maka sangat urgen diperlakukan suatu hukuman moral yang diharapkan membuat para koruptor ini tengsin berat. Intinya bagaimana perbuatan korupsi itu bisa jadi semacam aib bagi para pelakunya. Minimal sama aibnya dengan video porno yang tersebar di dunia maya, seorang juragan yang sedang 'oh yes oh no' dengan babunya .

Berikut 10 hukuman alternatif itu, cekidot :

1. Dipetali rambutnya
sebelum dipertemukan dengan wartawan, rambut koruptor dicukur dengan model yang tak beraturan, istilah di daerah saya dipetali. Atau dibentuk model Mohawk, poni lempar atau KGB (Kepala Gondrong Belakang). Tapi kalau Eboni (eii botak ni yee), dipaksa pakai wig model kribo atau gimbal rasta. Kalau sudah begitu apa mereka masih bisa cengengesan saat difoto wartawan.

2. Diteriaki 'maling!'
Si Koruptor diajak jalan-jalan di keramaian kota. Agar tak mudah dikenali, dipakaikan baju ala preman, jaket dan celana jeans belel dengan rantai menjuntai di celana. Di tengah keramaian do'i diteriaki 'mualingggg!' Biar saja, babak belur dihajar massa. Maling uang rakyat maka urusannya dengan rakyat. Asal jangan sampai mati saja. Dan itu adalah hukuman yang layak.

3. Diarak keliling kota
Setelah rambut dicukur dan wajah bonyok dimassa, si koruptor diarak keliling kota dengan mobil Jeep terbuka. Petugas dengan pengeras suara memperkenalkan nama koruptor dan uang yang berhasil di korupsi di setiap jalan yang dilewati. Koruptor mengenakan kalung kertas ukuran besar yang bertuliskan 'maling uang rakyat', 'koruptor newbie' atau 'koruptor ni yee..'

4. Ditato jidatnya
Sebagai pengingat juga hukuman moral, di jidat koruptor ditato huruf kapital tulisan 'koruptor' dengan keterangan yang detail. Misal 'koruptor proyek dana pengadaan pispot dewan senilai 100 milyar rupiah' atau 'koruptor proyek pembangunan tempat wudhu DPR senilai 2 trilyun rupiah'. Kalau perlu, sekalian seluruh wajah ditato.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline