Lihat ke Halaman Asli

Robbi Gandamana

TERVERIFIKASI

Ilustrator

Tidak Semua Berita Hoax Itu Howeekk! (Soal Tawan si 'Iron Man' dari Bali)

Diperbarui: 4 Februari 2016   09:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belakangan ini dunia maya banjir berita yang menyatakan bahwa berita soal si Iron Man Tawan adalah hoax. Saya pribadi nggak perduli jika berita soal Tawan itu hoax atau bukan. Nggak penting. Yang penting adalah Tawan sudah berusaha keras untuk mewujudkan mimpinya (membuat tangan robot), that's all!

Jika toh tangan robot itu ternyata nggak bisa digunakan (karena diduga hoax) kenapa para pakar teknik mesin atau siapapun yang tahu soal robot, tidak memperbaiki atau kasih solusi sekedar menunjukan empati pada Tawan atas kerja kerasnya mengatasi tangannya yang lumpuh.

Seharusnya yang dinilai itu usahanya bukan hasilnya. Tuhan sendiri tidak menuntut manusia untuk berhasil (sukses). Manusia hanya diperintah untuk selalu berjalan di jalan yang lurus sesuai dengan jalanNya. Mau jadi tukang las, profesor, bakul akik atau juragan gembus..Tuhan nggak perduli. Setidaknya itu kata seorang Kyai.

Guru matematika pun seharusnya menilai nilai anak itu dari usaha si anak, paham urutan cara mengerjakan soal. Kalau hasil akhirnya salah, itu adalah human error. Yang penting hapal rumus dan cara mengerjakan soal. Jadi nggak melulu menilai dari hasil akhir. 

Dan dalam kasus Tawan, saya tidak ikutan sinis pada si pembuat berita (hoax). Why? karena ada (banyak) sisi positifnya : Menumbuhkan semangat anak muda untuk berkarya, merubah pandangan dan mental anak bangsa bahwa bangsa Indonesia mampu, memompa semangat kaum proletar yang tak mampu sekolah tinggi bahwa dengan perangkat yang sederhana bisa tercipta karya yang luar biasa dan lain-lain.

Kalau anda pernah nonton film 'Enemy Of The Gates' (2001), anda akan paham bagaimana pentingnya sebuah propaganda di jaman perang. Propaganda itu nggak jauh beda dengan menyebarkan berita hoax. Tapi tentu saja hanya dilakukan dalam waktu dan keadaan tertentu yang memang harus dilakukan (final solution).

Dikisahkan di film itu rakyat Stalinrad begitu putus asa menghadapi pasukan Jerman yang lebih terlatih dan lebih canggih alat perangnya. Di tengah ke-putus asa-an itulah ada seorang perwira Rusia, Commisar Danilov, yang punya ide brilian. Commisar Danilov adalah kepala devisi propaganda. Do'i menyebarkan selebaran yang isinya propaganda untuk menumbuhkan semangat juang rakyat Stalinrad.

Lewat selebaran tersebut, Commisar Danilov berhasil menciptakan seorang tokoh sniper, Vassili Zaitsev, yang gagah berani berperang dengan caranya sendiri melawan pasukan Jerman. Vassili Zaitsev berhasil membunuh banyak perwira Jerman. Dalam selebaran tersebut dicantumkan pula foto kalung plat bertuliskan para perwira Jerman yang berhasil dibunuh Vassili. ’One Shoot, One Kill’, begitu motto Vassili Zaitsev.

Tak urung propaganda itu benar-benar membuat para rakyat Stalinrad terbakar semangat juangnya.

Sedang di pihak Jerman terjadi demoralisasi, penurunan mental juang pada prajuritnya. Sang komandan ngelu ndase, do'i sampai menugaskan Mayor Konig, seorang sniper handal yang didatangkan khusus dari Jerman untuk mengatasinya. Dan Mayor Konig bukan sembarang sniper, do'i adalah kepala sekolah dari sekolah sniper di Jerman. Subhanalloh..

Lho kok malah jadi review film ya? Oke, balik ke soal Tawan..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline