Rush, sebuah band rock progresif asal Kanada, band rock trio yang masih tersisa di atas bumi ini. Digawangi oleh Alex Lifeson pada gitar, Geddy Lee pada vokal dan bass, Neil Peart pada drum. Anak metal menyebut mereka sebagai mbahnya band Dream Theater. Band yang terbentuk tahun 1968 di Toronto, Kanada ini personelnya adalah anak baik-baik, kutu buku, gak wedokan, gak nge-drug cuman sekali-kali minum..biasalah orang barat melakukan itu untuk melawan hawa dingin. Mereka hanya memainkan musik cerdas di jalur rock progresif yang saat ini malah semakin nge-jazz. Boy band fuck off!!
Band ini jarang sekali dikupas, mungkin karena tampang mereka yang memang nggak marketable untuk dijadikan cover majalah. Aku gak ngeyek rek..cuman kaum materialism selalu berpikir ke arah situ. Media kebanyakan mengupas sebuah band yang 'satu paket' (tampang mbois dan talent yang dahsyat). Dan kebanyakan yang sering dikupas oleh media saat itu adalah Led Zeppelin, Beatles, Deep Purple, Rolling Stones dan lainnya. Akibatnya Rush kurang mendapat tempat dan atau juga mereka kenal lagu Rush tapi sama sekali nggak tahu cerita soal bandnya. The band you know, the story you don't!. Jakarta International Java Jazz Fesival kayaknya harus mengundang band ini. Come on guys! are you kuper or something..!??
Kalau ada terminologi : "Kalau kamu nggak punya skill (musik), kamu bakalan main di band rock", itu tak berlaku bagi Rush. Level mereka lebih tinggi dari sekedar musik rock yang gedebak-gedebuk prett!! . Oke, pada awalnya mereka cuman memainkan hard rock yang begitu-begitu aja :..oh yess..oh nooo..oh maigottt..! Lagu 'Working Man' yang saat pertama kali diputar di radio WMMS Cleveland, malah dikira lagunya Led Zeppelin. "Kapan lagu Led Zeppelin ini dirilis?," tanya seorang pendengar pada operator radio. Donna Halper sang DJ di radio tersebut njawab, "Led Zeppelin ndasmu..! Woiiii..ini lagunya Rush, band asal Kanada..!"
Awalnya Rush sulit mencari label rekaman yang mau mengontrak mereka. Karena saat itu label di Kanada nggak ada yang mau merekam musik rock yang dimainkan Rush. Mau nggak mau mereka harus boyongan ke Amerika. Karena kegigihan sang manajer, Ray Danniels, akhirnya Rush mencuri perhatian seorang mixing engineer yang paham musik, Terry Brown yang mendengarkan rekaman lagu Rush, " Jiancok mbois pol iki..joss gandosss!". Yang setelah itu langsung menelpon Rush, "Jangan membahas kontrak dengan siapapun sebelum kami datang..!" Dari situlah jalan terbuka lebar. Debut album Rush akhirnya beredar dirilis oleh label Mercury Records (label besar yang cukup bergengsi). Alhamdulillah..!
Rush tidak pernah berhenti ber-eksplorasi. Nggak melulu rock \m/, mereka banyak memadukan aliran musik dari reggae, jazz, new wave, blues dan banyak lagi. Rush juga ter-influence oleh band The Police, Ultravoc dan banyak lagi. Nggak mesti condong pada musik kayak Yess, Pink Floyd atau Genesis . Nggak ada kalimat "Ini nggak cocok buat Rush.." Sepanjang itu asyik dimainkan..oke, ayo wis..tuariikk manggg!!.
Nggak ada jaminan kalau band hebat dan cerdas menjadikan rekamannya laku keras dan pemusiknya terkenal (jadi idola). Band rock yang laku adalah yang tampang pemainnya keren, lagunya nggak terlalu ribet yg orang mendengarnya langsung menghentakan kaki dan menggoyangkan kepala, cocok buat mengiringi orang teler, bisa diputar di radio (lagu dgn durasi pendek, atau biasa disebut 'lagu kamar mandi'), lirik-nya seputar tentang cewek ketemu cowok yang nantinya dijadikan soundtrack sinetron dan masih banyak lagi...pokoknya mblendes jaya! Dan Rush membelakangi semua itu.
Rush adalah band yang idealis, mereka terlalu pede untuk memainkan musik yang nggak populer saat itu. Mereka sering merusak momen sebuah pesta yang dihadiri oleh penonton yang mengharapkan sebuah band yang memainkan musik yang bisa buat nge-dance. Mereka jelas bukan band dance dan sama sekali nggak bisa nge-dance. True metal people wanna rock not dance!
Label tempat mereka bernaung juga sempat ngelu ndase, ketika mereka membuat album 'Caress Of Steel'' yang ekperimental dan jauh dari segi komersil. Yang berimbas juga pada fans Rush yang sudah terbiasa mendengarkan album awal : mereka pun berpaling dari Rush (wajarlah, seleksi alam berlaku di segala sesuatu). Akhirnya albumnya pun jeblok, mrongos di pasaran. "Habis sudah..jiancok!" keluh pihak label sambil tepok jidat.
Tapi Rush tak pernah kapok dengan kegagalan album 'Caress Of Steel'. Mereka tetap pede bikin musik yang nggak nge-trend, nggak komersil untuk jenis musik rock saat itu (saat itu Led Zeppelin dan Deep Purple sedang berjaya). "Kami lakukan ini atau tidak sama sekali!". dan Album selanjutnya '2112' (yang tak kalah njelimet) telah menjadi pembuktian. Album ini ternyata laku keras dan berhak mendapatkan platinum. Mereka pun dengan santainya bilang pada pihak label, "Why don't you just shut up!..sekarang biarkan kami yang menentukan segala sesuatunya..!"