Lihat ke Halaman Asli

Robbi Aannasrulloh

Pekerja lepas

Terdampak Covid-19, Penyedia Moda Transportasi Umum Kini Menjerit

Diperbarui: 28 Oktober 2020   19:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

SOLO - Pembatasan sosial yang dilakukan pemerintah mengakibatkan pergeseran kebiasaan di masyarakat. Masyarakat dirundung cemas serta waspada ketika menggunakan transportasi umum utamanya jika timbul interaksi antar penumpang, akhirnya beralih pada transportasi pribadi. Pasar Klewer sebagai pusat grosir pakaian terbesar se-soloraya tak luput dari imbas tersebut. Kondisi disekitaran pasar nampak para penyedia moda transportasi duduk berjejeran menunggu penumpang.

Penurunan jumlah penumpang dirasakan baik dari moda transportasi online maupun offline. Penyedia moda transportasi mengeluhkan sulitnya mencari penumpang di tengah kondisi pandemi Covid-19. Hal ini tentunya akan sejalan dengan jumlah penghasilan yang diperoleh.

Selaku penarik becak, Marno (68) menjelaskan sebelum pandemi Covid-19 penurunan jumlah penumpang sudah dirasakan dari pembangunan Pasar Klewer. Kemudian diserang dengan Corona pendapatannya kian menjadi tidak menentu.

"Sehari gak mesti pernah kosong dua hari senin sama selasa, rabu ini narik satu kali. Narik 1-2 kali paling tarikan gak ada yang jauh, palingan 10 ribu deket-deket sini. Untuk bantuan saya dapat dari pemerintah 600 ribu tapi sekarang tinggal 300 ribu saja" pungkasnya.

Penurunan jumlah penumpang juga dirasakan oleh supir angkutan kota. Keberadaan angkutan kota di Pasar Klewer kini terhitung tinggal 1-3 kendaraan saja. Di samping itu, carteran untuk kegiatan sosial maupun keagamaan sangat macet dikarenakan adanya himbauan unuk tidak berkerumun dari pemerintah. Diono (51) menjelaskan sehari-harinya kini ia hanya mengantar langganan penumpang dari pedagang Pasar Gede.

"Saya itu sejak Corona awal sampai ini tidak kerja. Ini cuma main-main soalnya tidak ada penumpang sama sekali. Penurunan sampai 70 persen. Saya keluar jagani kalau ada carteran, sama ini mau jemput pedagang dari Pasar Gede" Tuturnya.  

Bapak dari tiga orang anak ini menambahkan bahwa ia juga mendapatkan bantuan berupa sembako dari Dinas Perhubungan sewaktu awal Corona namun tidak ada kelanjutan sampai saat ini.

Senada dengan yang disampaikan mereka, BPP (20) driver ojek online menuturkan pendapatan rata-rata ketika mangkal selama pandemi Covid-19 hanya sekitar 24.000 rupiah belum untuk pengeluaran bensinnya. Ditambah lagi tidak adanya bantuan sosial yang diterima dari pemerintah. Kini ia mulai menyambi berjualan pulsa guna menutupi kebutuhan sehari-hari.

"Ada beberapa teman saya keluar dari ojek online karena dirasa tidak bisa mencukupi kebutuhannya, berganti pekerjaan lain begitu. Karena saya belum punya pekerjaan lain terpaksa menekuni pekerjaan ini" tambahnya.

Seperti yang dilansir pada CNBC Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, menuturkan pemerintah terus berupaya untuk mendongkrak pemulihan dengan memastikan ketersediaan dan layanan angkutan umum yang tersedia melaksanakan penyesuaian dengan penerapan protokol kesehatan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline