IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI
Oleh : Muhammad Fathurrobbani
Abstract
The implementation of inquiry-based learning models in educational settings has garnered significant attention in recent years. This pedagogical approach places students at the forefront of their own learning journey, encouraging active engagement, critical thinking, and problem-solving skills development. This abstract aims to provide an overview of the implementation of inquiry-based learning models, highlighting key aspects such as the role of teachers as facilitators, the emphasis on student-driven inquiry, and the promotion of deep conceptual understanding. Additionally, the abstract explores the benefits and challenges associated with implementing inquiry-based learning, including the need for adequate teacher training, the importance of creating a supportive learning environment, and the potential for enhancing student motivation and academic achievement. Overall, the implementation of inquiry-based learning models holds promise for fostering a more student-centered and intellectually stimulating educational experience, preparing learners to thrive in an increasingly complex and dynamic world.
Keywords: inquiry learning models, strategy of critical thinking skills.
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pendidikan memegang posisi penting dalam kehidupan manusia, karena pendidikan membentuk masa depan peradaban. Hal ini berperan penting dalam membentuk karakter, menumbuhkan pengetahuan, dan membina mental anak-anak yang berkembang menjadi individu dewasa yang berinteraksi dengan lingkungannya baik secara mandiri maupun sebagai makhluk sosial. Guru, dalam konteks ini, mempunyai peran penting dalam membina dan membimbing potensi siswa agar mereka dapat mengekspresikan diri dengan lebih baik. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas dan efektivitas pendidikan, peran guru sangatlah penting. Mereka memikul tanggung jawab untuk melaksanakan proses belajar mengajar dan menumbuhkan lingkungan belajar yang kondusif dan positif bagi siswa dan pendidik
Proses belajar mengajar mewujudkan upaya interaktif yang dijiwai dengan signifikansi pendidikan. Dinamika pendidikan interaktif ini terjadi antara guru dan siswa, antara teman sebaya, dan antara siswa dengan lingkungannya. Merancang interaksi semacam itu untuk menghasilkan hasil optimal yang selaras dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan sangatlah penting. Oleh karena itu, dalam ranah interaksi pendidikan perlu diperhatikan beberapa prasyarat seperti metode, pendekatan, kondisi, sarana dan prasarana.
Selain itu, mengakui perkembangan intelektual, psikologis, dan biologis siswa adalah suatu keharusan. Penyampaian pelajaran yang efektif dan efisien mengharuskan guru mengenal berbagai strategi pembelajaran, sehingga memungkinkan mereka untuk membedakan strategi yang paling tepat untuk menyampaikan bidang studi tertentu. Selanjutnya, pendalaman konsep strategi pembelajaran meliputi pemahaman terhadap makna pendekatan, strategi, metode, teknik pembelajaran, teori yang mendasari, dan berbagai jenis pendekatan dalam strategi pembelajaran.
Berdasarkan masalah tersebut perlu bagi kita untuk mempelajari tentang Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dan penerapannya dalam pembelajaran.
A.Pengertian Model Pembelajaran Inkuiri
Dalam Bahasa Indonesia, "inkuiri" berarti penjelajahan. Secara lebih spesifik, inkuiri adalah proses atau siklus berkelanjutan yang dimulai dari bertanya, mencari jawaban, menerjemahkan informasi, menyajikan temuan, dan refleksi. Dimana siswa dituntut untuk berpikir kritis dan pada tingkat yang tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skills).
Dalam hal pemahaman, model pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan sistematis dalam pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk berpikir analitis, kritis, dan kreatif sehingga mampu menemukan solusi atas masalah yang diberikan, secara mandiri oleh siswa. Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pendekatan yang menitikberatkan pada aktivitas siswa dalam menjalankan kegiatan pembelajaran. Peran guru dalam model pembelajaran inkuiri ini hanya sebagai fasilitator, sementara siswa adalah subjek pembelajaran atau memiliki peran utama untuk bertanya atau mengeksplorasi gagasan mereka dari berbagai sudut pandang siswa tentang materi pelajaran.
Menurut Ambarjaya mengenai model pembelajaran inkuiri, ini adalah hubungan antara kegiatan pendidikan secara responsif dan sistematis untuk mencari dan mendapatkan jawaban atas suatu masalah yang dimiliki. Jadi, siswa harus memiliki cara berpikir yang responsif.
Menurut Damyati Model pembelajaran inkuiri terdiri dari serangkaian tugas pendidikan yang berpusat pada pengalaman dan keterlibatan aktif siswa, memanfaatkan beragam kemampuan mereka untuk pembelajaran sistematis, kritis, logis, dan analitis mengenai berbagai konsep dan prinsip. Melalui model ini, aktivitas siswa berkembang menjadi pengalaman segar, memperkaya perjalanan belajarnya secara sistematis. Pendekatan ini, yang dirancang dengan model inkuiri, berkontribusi dalam meningkatkan berbagai aspek kemampuan siswa. Menekankan pada bimbingan dan pengarahan, model pembelajaran inkuiri mengarahkan siswa pada kegiatan investigasi yang berpusat pada mengatasi permasalahan yang lazim dan menentukan prosedur inkuiri. Pembelajaran kontekstual berkelindan dengan kerangka model pembelajaran inkuiri terbimbing. Model ini mencakup kegiatan pendidikan dimana siswa memanfaatkan proses berpikir kritis dan analitis untuk mengatasi masalah yang ada melalui observasi dan eksperimen.
Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inkuiri adalah suatu proses yang dilakukan siswa untuk memecahkan masalah, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan dan menganalisis data, serta menarik kesimpulan. Dalam model inkuiri ini, siswa terlibat secara mental dan fisik dalam menyikapi suatu permasalahan yang disampaikan oleh dosen. Pendekatan ini membantu siswa mengembangkan kebiasaan yang mirip dengan ilmuwan: teliti, rajin, obyektif, jujur, kreatif, dan menghargai pendapat orang lain.
Menemukan adalah elemen utama dalam kegiatan belajar dengan pendekatan inkuiri. Diharapkan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa merupakan hasil dari penemuan mereka sendiri, bukan dari menghafal fakta-fakta. Dosen harus selalu merancang kegiatan yang berfokus pada aktivitas penemuan, apapun materi yang diajarkan. Pemahaman konsep-konsep materi pelajaran harus ditemukan oleh siswa sendiri, bukan berdasarkan "menurut buku".
Dalam penelitian ini, dikembangkan sebuah model pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang disusun dan diajukan didukung atau dilengkapi dengan argumen. Tujuan pengajuan pertanyaan ini adalah untuk meningkatkan pemahaman calon guru. Salah satu model pembelajaran yang mendukung siswa dalam mengajukan pertanyaan adalah Model Pelatihan Inkuiri yang dikembangkan oleh R. Suchman (dalam Bruce, J. & Weil, M., 1992: 192-197).
Bruce, J. & Weil, M. (1992: 16) menyatakan bahwa model ini dirancang untuk mengajarkan siswa agar terlibat dalam penalaran kausal serta menjadi lebih lancar dan tepat dalam mengajukan pertanyaan, membangun konsep dan hipotesis, serta menguji hipotesis tersebut. Jadi, ada empat aspek kemampuan yang didukung oleh model ini, yaitu:
1)Penalaran Kausal
Penalaran kausal adalah kemampuan untuk membuat hubungan sebab-akibat antara berbagai fenomena atau peristiwa. Ini melibatkan kemampuan untuk memahami bagaimana suatu kejadian atau tindakan dapat mempengaruhi hasil tertentu. Penalaran kausal memungkinkan seseorang untuk memprediksi hasil dari suatu tindakan atau kejadian berdasarkan pemahaman tentang hubungan sebab-akibat yang ada.
2)Kelancaran dan Ketepatan dalam Mengajukan Pertanyaan
Kemampuan untuk mengajukan pertanyaan dengan lancar dan tepat merupakan keterampilan kritis yang penting dalam proses pembelajaran. Ini melibatkan kemampuan untuk merumuskan pertanyaan yang relevan, mendalam, dan memicu pemikiran kritis serta refleksi. Pertanyaan yang baik dapat membantu mengarahkan pemikiran siswa dan memperluas pemahaman mereka tentang topik tertentu.
3)Pembangunan Konsep dan Hipotesis
Proses pembangunan konsep dan hipotesis melibatkan pengembangan pemahaman yang mendalam tentang suatu topik atau fenomena berdasarkan observasi, penelitian, dan pemikiran kritis. Ini melibatkan identifikasi pola atau hubungan antara data atau informasi yang ada dan merumuskan hipotesis yang dapat diuji untuk menjelaskan fenomena tersebut. Pembangunan konsep dan hipotesis merupakan langkah penting dalam proses ilmiah dan memungkinkan eksplorasi yang lebih mendalam tentang dunia di sekitar kita.
4)Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah tahap penting dalam metode ilmiah di mana hipotesis yang dirumuskan diuji melalui pengumpulan dan analisis data. Ini melibatkan desain eksperimen atau observasi yang tepat untuk mengumpulkan bukti yang dapat mendukung atau menolak hipotesis. Pengujian hipotesis memungkinkan para peneliti untuk mengevaluasi kebenaran klaim yang mereka buat dan memvalidasi penemuan mereka secara empiris.Namun, dari studi mendalam terhadap model ini, diketahui bahwa bertanya bukanlah perilaku yang dirancang secara khusus, melainkan hasil dari aktivitas yang mendahuluinya, seperti eksperimen atau pengumpulan data. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibuat oleh siswa berdasarkan situasi yang mereka temui selama eksperimen atau pengumpulan data dan diajukan langsung kepada pengajar. Untuk kelas yang berukuran besar, cara bertanya seperti ini kurang efektif karena berpotensi menimbulkan kekacauan. Selain itu, pertanyaan yang diajukan sering kali terbatas pada pertanyaan yang dapat dijawab dengan ya atau tidak.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut:
a.Merumuskan Masalah
Tahap merumuskan masalah merupakan langkah awal dalam proses penyelidikan ilmiah. Ini melibatkan mengidentifikasi dan merumuskan pertanyaan atau masalah yang akan diteliti atau dipecahkan. Merumuskan masalah yang jelas dan terfokus membantu mengarahkan penyelidikan dan menentukan arah yang akan diambil dalam penelitian tersebut.
b.Mengamati atau Observasi
Observasi adalah proses pengumpulan data melalui pengamatan langsung terhadap fenomena atau objek yang diteliti. Ini melibatkan menggunakan indera kita untuk mengumpulkan informasi tentang karakteristik, perilaku, atau pola yang terkait dengan masalah yang sedang diteliti. Observasi yang cermat dan teliti membantu mengumpulkan data yang akurat dan relevan untuk analisis selanjutnya.
c.Menganalisis dan Menyajikan Hasil dalam Berbagai Bentuk
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang fenomena yang diteliti. Ini melibatkan penggunaan berbagai metode analisis untuk mengidentifikasi pola, hubungan, atau tren dalam data. Selanjutnya, hasil analisis tersebut disajikan dalam berbagai bentuk seperti tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya. Penyajian data dalam berbagai format membantu memvisualisasikan informasi dengan lebih jelas dan memudahkan pemahaman bagi pembaca atau penonton.
d.Mengkomunikasikan atau Menyajikan Hasil kepada Pembaca atau Audiens Lainnya
Tahap terakhir dalam proses penyelidikan adalah mengkomunikasikan atau menyajikan hasil kepada pembaca, teman sekelas, guru, atau audiens lainnya. Ini melibatkan menyampaikan temuan atau kesimpulan dari penelitian secara jelas dan persuasif, baik melalui presentasi lisan, diskusi, atau publikasi tertulis. Komunikasi efektif tentang hasil penelitian memungkinkan para peneliti untuk berbagi pengetahuan mereka, memperoleh umpan balik, dan memengaruhi pemahaman atau tindakan orang lain dalam bidang yang diteliti.
Oleh karena itu, kelas dianggap sebagai tempat yang optimal untuk membina dan mengasah keterampilan siswa dalam penyelidikan ilmiah. Dalam konteks ini, siswa tidak hanya diinstruksikan dalam pengumpulan dan analisis data, namun juga dibimbing dalam menumbuhkan keterampilan berpikir kritis dan analitis yang penting untuk memahami dan mengatasi beragam masalah secara ilmiah. Proses ini lebih dari sekedar pengayaan akademis, namun juga membekali siswa dengan kapasitas untuk berkontribusi positif kepada masyarakat melalui refleksi mendalam dan pendekatan berbasis bukti. Konsekuensinya, model pembelajaran inkuiri berfungsi tidak hanya untuk menanamkan pengetahuan akademis namun juga untuk mengembangkan kompetensi sosial dan intelektual yang diperlukan untuk keterlibatan yang efektif dalam urusan kemasyarakatan.
B.Tujuan Pembelajaran Inkuiri
Dalam setiap penerapan strategi pembelajaran tentu memiliki tujuan untuk meningkatkan dan memudahkan siswa dalam menerima dan memahami pelajaran. Pemilihan metode pembelajaan yang tepat juga akan membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Perlu kita ketahui bahwa adanya strategi pembelajaran inkuiri adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa untuk aktif berpendapat dan berpikir kritis. Menurut Suid, Yusuf, & Nurhayati 2017 dalam (Prasetiyo & Rosy, 2020) menejelasjkan tujuan dari inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat memberi peluang yang lebih besar terhadap mereka untuk meningkatkan hasil belajar dengan mengarahkan siswa agar dapat menemukan jawaban dari masalah yang telah dipelajari. Maka dari itu, setelah menerapkan strategi inkuiri siswa akan lebih percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki dirinya dan akan lebih mengembangkan dirinya untuk menjadi lebih baik lagi.
Tujuan utama dari model pembelajaran Inkuiri adalah membuat siswa menjalani suatu proses tentang bagaimana pengetahuan diciptakan. Untuk mencapai tujuan ini, siswa dihadapkan pada sesuatu (masalah) yang misterius, belum diketahui, tetapi menarik.
Selain itu tujuan model pembelajaran Inkuiri yaitu mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar me-nguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan berpikir secara optimal; namun sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran.
Pendekatan pembelajaran berbasis inkuiri bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kognitif siswa, khususnya dalam menumbuhkan keterampilan berpikir reflektif. Dalam kerangka ini, fungsi guru terutama sebagai fasilitator yang mendukung perjalanan pembelajaran. Siswa diberdayakan untuk secara mandiri mencari dan menemukan jawaban atas pertanyaan mereka. Namun, guru tetap memiliki peran penting dalam mengawasi dan membantu proses pendidikan untuk memastikan efektivitasnya. Mereka juga menjaga lingkungan belajar yang terstruktur dan mendukung, memungkinkan siswa berkonsentrasi untuk mengasah kemampuan berpikir kritis mereka secara efisien.