[caption id="attachment_159936" align="aligncenter" width="667" caption="Emak Pulang (Dok. Robjanuar)"][/caption]
Hari ini ada satu berita menarik di Yahoo tentang hiu paus yang terdampar di Karachi, Pakistan. Menarik menurut saya, karena selain fakta bahwa bangkai ikan itu laku hingga $18,758, berita ini dipresentasikan dalam bentuk esai foto.
Yang paling menarik adalah pada caption fotonya, keterangan/informasi yang menyertai foto. Coba anda klik tiap foto dan perhatikan caption-nya yang terletak di kolom sebelah kanan. Di foto 1-6, Anda akan membaca keterangan yang runut, yang sangat mungkin disapih dari serial foto tersebut dan tanpa susah payah disusun menjadi satu berita utuh.
Itu adalah satu contoh bagus esai foto dalam dunia pers. Namun, seperti genre fotografi lain, esai foto mendapat berbagai pengaruh, sekaligus batasan dari bidang kegiatan lain, kelompok/individu yang menggunakan esai foto sebagai media. Untuk membandingkan, coba kunjungi penjelasan di Wikipedia ini. Klik pada foto, dan Anda tidak akan menemukan caption sebanyak contoh sebelumnya. Di sini, fungsi foto-foto tersebut adalah menjelaskan ide utama dari esai foto. Dan, seperti intensinya, saya yakin Anda dengan mudah menangkap apa yang diceritakan rangkaian foto-foto tersebut. Beda lagi dengan esai foto di dunia medis-klinis. Coba amati contoh yang saya temukan di sini. Keterangan foto yang Anda dapat bukan informasi 5W/1H ala fotojurnalisme, atau caption minimal ala Wikipedia. Namun, penjelasan urutan langkah-langkah teknis dalam sebuah tindakan klinis. Dari beberapa contoh di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa esai foto adalah kegiatan mempresentasikan informasi dengan rangkaian/serial foto sebagai media utama. Tambahan, batasan, pengurangan, atau hal lain yang melingkupi kegiatan tersebut sangat bergantung pada bidang/institusi/individu yang menggunakan/membuat esai foto. Contoh ketiga tadi sekaligus menghapuskan anggapan umum bahwa esai foto hanya berisi rekaman rangkaian peristiwa/kejadian, yang umum didapati pada esai foto dalam jurnalisme. Esai foto juga bisa berisi rangkaian foto deskriptif dari genre fotografi lain. Foto forensik, misalnya, banyak menggunakan gaya still photography dalam esai-esai fotonya. Nah, jika mengacu pada penjelasan di atas, benang merah yang bisa ditarik dari esai foto adalah "kegiatan merangkai/menciptakan narasi dari susunan bingkai-bingkai foto deskriptif." Oh iya, sekedar info sesuai KBBI, ejaan Indonesia untuk Photo Essay yang benar adalah Esai Foto. Dengan luwesnya batasan dan ruang gerak, esai foto bisa menjadi media bagus untuk belajar membuat (dan mengeksekusi) KONSEP, salah satu hal paling utama dalam dunia fotografi. Mudah saja! Tinggal tentukan sebuah tema, ambil 10 gambar sesuai tema, pilih lima terbaik, atur penyajian, lalu tayangkan. Jika Anda jujur mengatakan semua yang Anda konsepkan, Anda dapatkan dari hasil esai foto Anda, maka, dalam taraf paling individual, Anda berhasil!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H