Malam merangkak pelan. Ingatan memilih untuk merangkai apa-apa yang telah dikerjakan. Dinilai satu demi satu, benar atau salah. Bisa jadi keduanya atau tidak keduanya.
Akal pikiran adalah hakim teradil dan terkejam. Mengadili setiap pilihan yang sudah menjadi takdir. Terkadang ku sesali, seringkali ku syukuri. Atau tak keduanya. Tak berbuat apa-apa.
Emosi adalah pengacara yang meramaikan suasana. Membangkitkan nyali, tak ayal menurunkan jeli. Seharusnya aku mengatur. Bukan sebaliknya, menjadi boneka dan membela diri. Atas apa-apa yang semestinya tersangka.
Malam menuju sunyi. Segala prasangka meminta untuk dijustifikasi. Satu demi satu, diverifikasi hati-hati. Aku merenungi semua ekspektasi dan prediksi menuju hari esok. Agar esok malam bisa memulai aktivitas kembali.
Aku merangka pelan menuju sunyi. Tidurku belum datang lagi.
(Nb. Dibuat tengah malam, di publikasi pagi hari. Biar banyak yang baca)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H