Lihat ke Halaman Asli

Prasetya Marisa

Pekerja , Pembelajar, dan Penulis Buku Diari.

M

Diperbarui: 23 September 2023   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Saat duka bertemu ruang dan waktu, segalanya menjadi candu. 

Air mata yang menjelma jadi mata air, mengalirkan emosi yang pekat. Rasa di hati berubah menjadi puisi, antara puji dan caci maki. Tangis sesenggukan menjadi instrumental pendukung, menjadi ritual pelengkap. 

Semua untuk merayakan kedukaan. Mari kita rayakan

Bahkan sewaktu seruang duka pun, adalah cara puitis untuk memuja kesedihan. Kita baca sedikit demi sedikit. Agar duka mengisi hati dan dunia tak lagi sepi dan sunyi. 

Dan saat ruang dan waktu mempersilakan duka untuk pergi. Yang tersisa hanya kita beserta segala memori. Dan bahagia yang menanti untuk dipilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline