Lihat ke Halaman Asli

Prasetya Marisa

Pekerja , Pembelajar, dan Penulis Buku Diari.

Perpisahan dari Samarinda

Diperbarui: 27 September 2021   11:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di Samarinda, terputus sudah segala ikatan. Terkembang sudah layar perpisahan dari Sungai Mahakam. Orang-orang dari Segiri pun menghantar pelepasan. Usai sudah apa yang dibangun. Selesai sudah apa-apa yang diusahakan. Jembatan Mahkota pun penuh dengan derai air mata. Matamu yang sendu. 

Ku katakan, "Janganlah dikau menangis."

Kau berikan aku sebuah boneka, tas, dan seorang anak laki-laki berkacamata. tak lupa sepucuk surat bertuliskan penolakan. 

Ku katakan lagi, "jangan dikau menangis. karena yang meminta usai adalah dirimu."

Ia pun tak menangis lagi. Aku pergi dari Sungai Mahakam menuju laut Jawa. Sesampainya disana, kutenggelamkan semua. Perasaan, jiwa dan tubuh, yang semua bertuliskan engkau. Semua yang engkau sentuh termasuk hatiku. Biarkan semua melebur. Menjadi buih-buih kenangan.

-tamat-

Some Where, 27 September 2021. Puisi balasan untuk puisi sebelumnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline