Lihat ke Halaman Asli

Prasetya Marisa

Pekerja , Pembelajar, dan Penulis Buku Diari.

Puisi | Janji Sampah dan Mulut Busuk

Diperbarui: 7 April 2017   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

.. busuk !
.. busuk !
Mulut mu bau busuk
Di hidungku, bau busukmu kian menusuk
Di otakku, kata katamu mulai membusuk.

.. sampah !
.. sampah !
Janji - janjimu hanya sampah
Ucapanmu tak sudi aku jamah
Melihat senyum palsumu, mataku memerah.

Sial, bau busuk dan sampah mu mulai menyebar
Dari rumah pak er te sampai tetangga sebelah berkoar - koar
'Kebaikan' dan 'kedermawanan'mu diumbar - umbar
Sumpah mati, aku tak mau dengar.

Kata orang kampung, pribadiku terlalu keras
Tak bisa dibujuk, apalagi dibayar pake beras
Karena kesal, kau pun mulai memeras
Mengancamku, orang yg tak pernah belajar di kelas

Aduh, gusti apa yang mesti kulakukan ?
Tak adalagi kerabatku yang mau lagi mendengarkan
Peringatanku atas orang berdasi itu, tidak diindahkan

Kukatakan, orang berdasi khendak menjarah harta kita
Tapi mereka tak mau percaya
Malah aku diejek bahkan dianiaya
Mereka katakan aku kolot dan tua
Mereka tak sadar, adanya bahaya
Yang datang dari kelalaian menjaga alam dan seisinya.

Oh, Gusti...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline