Waktu menunjukkan pukul 01.14 dini hari, kakiku melangkah keluar dari gerbong 5 kereta ekonomi menuju lobby Stasiun Pasar Senen yang ramai. Tubuhku lelah setelah perjalanan panjang 16 jam, mataku "naik-turun" menahan kantuk yang tak terelakan. Kulangkahkan kaki ke mushola untuk meng-istirahat-kan tubuhku sejenak, "Aku harus menahan lelah ini karena sejak awal aku sudah memutuskan untuk memilihnya", gumamku dalam hati. Iya, pagi itu aku memutuskan untuk memilih bertemu dengannya, meskipun tubuhku lelah. Dia putih, menawan, memberikan kenyamanan, tetapi dia bukan manusia, dia adalah KAI Commuter.
Hai, semuanya. Kalian bisa panggil aku Jico. Ini adalah tulisan perdanaku di blog ini dan sekarang aku akan berbagi ceritaku tentang KAI Coummter dengan penuh semangat. Cerita ini seribu persen merupakan cerita pengalaman pribadiku yang kukemas sedemikian rupa agar lebih menarik untuk dibaca. Selamat membaca! Semoga kalian suka, yaa, dengan ceritaku.
Menjelang Lebaran
Dua puluh lima April 2022, aku memutuskan memilih tanggal itu untuk pulang dari rantauan menuju kampung halaman. Oh, iya, aku sedang menempuh pendidikan tinggi di Kota Malang dan Kota Cilegon adalah kampung halamanku. Kembali ke cerita. "Aku naik kereta saja, meskipun harus menempuh waktu yang lebih lama", ucap diriku ketika berdebat dengan teman satu kosku. Dalam sekejap, aplikasi KAI Access telah terbuka dan aku telah membeli tiket kereta perjalanan dari Stasiun Malang menuju Stasiun Pasar Senen 1 bulan sebelum kepulangan. Maklum, menjelang lebaran, aku harus berebut tiket agar tidak kehabisan dengan orang-orang yang juga ingin mudik.
Tiket sudah kupegang, tapi hatiku belum tenang. Iya, aku harus memikirkan bagaimana aku bisa ke Cilegon karena tujuan akhir kereta ialah Stasiun Pasar Senen yang berada di Jakarta. Sebenarnya, aku sudah tau rute kepulangan menuju Cilegon dari Jakarta. Aku juga sudah mengenal dan jatuh cinta pada pandagan pertama dengan KAI Commuter sejak tahun 2017. Akan tetapi, menjelang lebaran, aku berpikir keras bukan karena tidak ada pilihan, melainkan pukul 01.14 WIB merupakan waktu kedatangan kereta di Stasiun Pasar Senen. "Apakah ada KAI Commuter yang beroperasi pada waktu tersebut?", tanyaku pada diri sendiri.
Ada dua pilihan yang dapat aku ambil: naik bus atau KAI Commuter. Pilihan yang harus segera aku putuskan sebelum besok aku pulang. Pulang menggunakan bus dari Jakarta ke Cilegon akan lebih cepat, tapi aku juga nyaman dengan KAI Commuter, meskipun ada waktu yang harus kukorbankan. Sejak awal, sebenarnya pilihanku sudah jatuh ke pelukan KAI Commuter, tapi sebelum itu aku harus melihat estimasi kapan aku tiba di Cilegon. Aku buka aplikasi KRL Access yang memuat seluruh jadwal keberangkatan dan kedatangan kereta commuter. Aplikasi ini sebenarnya sudah sering aku pakai sebelumnya karena memudahkanku menemukan rute dan waktu yang tepat ketika ingin pulang-pergi dari Jakarta. Bagaimana aku tidak jatuh hati dengan kenyamanan dan "effort" yang diberikan oleh KAI Commuter kepadaku? Hehehe. Nanti kalian akan tahu kenapa aku nyaman menggunakan KAI Commuter. Akhirnya, tidak sampai 15 menit, aku sudah menemukan rute dan waktu yang harus aku tempuh menggunakan kereta commuter menuju Cilegon. Jujur, itu amat sangat melelahkan, tapi sudah kuputuskan kereta commuter yang akan membawaku pulang.
16 Jam di Kereta
Adzan shubuh telah berkumandang, ayam berkokok dengan lantang tanda waktu pagi telah datang. Hari ini aku pulang. Iya, hari ini merupakan tanggal 25 April 2022 yang mana aku harus meninggalkan Malang sementara waktu untuk berlebaran bersama keluarga di rumah. Aku berpamitan kepada semuanya: teman kuliahku, teman kosku, dan bapak-bapak di lingkunganku. "Salam, yaa, untuk keluarga", ucap salah satu bapak-bapak yang aku kenal. Aku hanya mengangguk tanda menyetujui permintaannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 09.00 WIB, aku sudah tiba di Stasiun Malang. Alhamdulillah, keretaku sudah tiba di peron. Jadi, aku bisa langsung masuk ke dalam kereta, meskipun kereta baru berangkat dari Stasiun Malang jam 09.25 WIB. Setelah kusimpan semuanya, aku persiapkan diriku untuk menempuh perjalanan 16 jam menggunakan kereta dalam kondisi berpuasa. Kereta berangkat.
Aku, sesekali membuka kembali handphone-ku dan mengecek kembali rute dan jadwal di aplikasi KRL Access hanya untuk memastikan. Keberadaan aplikasi ini sangat membantuku karena mudah digunakan dan fleksibel. Aku hanya perlu mencari nama stasiun keberangkatan, maka akan keluar waktu keberangkatan dan kedatangan. Aku juga akan mendapatkan informasi rute stasiun yang akan dilewati kereta commuter tersebut. Tak jarang temanku bertanya rute KAI Commuter dan aku merekomendasikan untuk mengunduh aplikasinya. Semudah dan fleksibel itu karena kita dapat melihat jadwal dan waktu sesuai dengan keinginan kita.
Waktu terus berlalu, detik berganti detik, menit berganti menit, dan jam berganti jam. Perjalanan ini masih panjang. Aku baru saja tiba di Stasiun Semarang Tawan. Sudah waktunya untuk berbuka puasa, lalu aku berbuka setelah adanya pengumuman dari petugas di kereta bahwa sudah masuk waktu maghrib. Aku menikmati perjalananku yang panjang dan lama ini dengan melihat keluar jendela yang gelap, tapi terkadang cahaya lampu muncul tanda aku melewati perkotaan. Jam menjukkan pukul 00.45 WIB, aku tiba di Stasiun Bekasi yang berarti 2 stasiun pemberhentian lagi aku akan tiba di stasiun akhir, Stasiun Pasar Senen. Lelah sekali, aku butuh tempat untuk merebahkan tubuhku dan memejamkan mataku.