Lihat ke Halaman Asli

Rizky Nur Ikhsan S.R

Mahasiswa Prodi IAT IAIN Samarinda

Kesadaran Sosial Tanpa Memandang Agama di Masa Virus Corona

Diperbarui: 27 Maret 2020   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Agama merupakan suatu aspek  yang sangat penting dan paling sensitif dalam kehidupan manusia. Mengapa disebut sensitif ?, karena tak jarang, akibat kesalahpahaman dalam beragama ataupun salah dalam memahami agama orang lain, pertikaian sering terjadi. Seseorang sampai berani mencela bahkan menyerang agama lain yang berbeda dengannya. Indonesia sebagai negara majemuk yang terdiri dari berbagai suku dan agama,  sangat berpeluang menjadi arena terjadinya gesekan diantara golongan ataupun agama ini.

Sering didapati pula nyawa-nyawa yang terenggut akibat pertikaiain ini. Nyawa-nyawa berjatuhan akibat dendam, dengki, dan amarah yang dilandasi agama. Sungguh tak elok, agama yang suci rela mengorbankan banyak nyawa hanya karena dendam, dengki ataupun amarah. Agama yang suci mengajarkan kedamaian dirusak dengan kejinya pembunuhan, pertikaian dan perbuatan tercela lainnya. Salah satu kejadian yang  terjadi di Indonesia berkaitan dengan hal ini adalah konflik keagamaan di Ambon pada tahun 1999 silam.

Konflik ini bisa dikatakan sangat tragis. Selain berlatar belakang isu agama, sebagaimana yang ditulis dalam website BBC Indonesia, konflik ini  juga mengakibatkan tewasnya sekitar lima ribu jiwa dan lebih setengah juta penduduk harus mengungsi ke daerah lain yang lebih aman. Bahkan anak-anak yang seharusnya hidup di dunianya dengan kesenangan senda-gurau,  juga harus ikut serta dalam konflik ini. Mereka saling membunuh, menembak, dan memenggal.

BBC Indonesia juga mengangkat konflik ini dalam sebuah video berdurasi tujuh menit yang diunggah di channel Youtubenya. Video ini mengisahkan dua orang pemuda, yang di masa anak-anaknya juga ikut terlibat dalam konflik keagamaan di Ambon tersebut.

Dua orang pemuda ini bernama Ronald Regang mantan tentara anak pasukan Agas dan Iskandar Slameth mantan tentara anak pasukan Jihad. Mereka masuk dalam pasukan tentara anak tersebut atas latar belakang dendam. Iskandar ikut dalam konflik dengan dasar dendam karena banyak anggota keluarganya yang terbunuh. Sementara Ronald mengikuti konflik ini karena menilai ini merupakan bentuk pergerakan mempertahankan kampung dan agamanya.

Konflik ini pun mulai mereda dengan adanya sebuah perjanjian yang dilaksanakan di Malino, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan. Walaupun demikian, tentu masih tersimpan dendam di antara kedua pihak yang bertikai ini. Dikisahkan pada video tersebut, mereka dipertemukan dalam sebuah acara lintas damai, Young Ambassador for Peace pada tahun 2006.

Dalam pertemuan tersebut mereka masih saling memendam rasa dendam sampai hampir saling membunuh, namun dengan cepat panitia melerai. Kemudian mereka saling mengungkapkan pengalaman dan perasaan masing-masing. Hingga akhirnya mereka sadar dan mencoba menghapus segala dendam dan rasa benci terhadap lawannya. Mereka pun sadar pertikaian yang terjadi adalah akibat kesalahpahaman. Maka, sejak saat itu mereka  bersahabat dan berusaha dapat bermanfaat bagi lingkungannya. Kemudian  dengan mendalami peristiwa ini, lantas apakah pelajaran yang dapat kita ambil ?.

Akhir-akhir ini, masyarakat Indonesia digemparkan dengan adanya perkembangan wabah penyakit akibat virus Corona atau yang bisa disebut Covid-19. Perkembangan virus ini di Indonesia terjadi sangat cepat. Sebagaimana dikutip dari situs katadata.co.id, bahwa Indonesia hanya perlu 12 hari untuk mencapai 50 kasus. Berbeda dengan negara-negara lain yang perlu waktu lebih lama untuk mencapai angka tersebut, seperti Singapura perlu 21 hari dan Malaysia 39 hari.

Jika kita kaitkan peristiwa konflik keagamaan di Ambon yang dipaparkan sebelumnya dengan kondisi sekarang yang tengah berkembangnya wabah virus Corona, maka bisa kita ambil dua pelajaran yang dapat menginspirasi kita. Pertama, dengan peristiwa tersebut kita sadar bahwa adanya pertikaian agama akan mengakibatkan kerugian bagi diri kita dan orang lain,  dan akan memperkeruh keadaan dengan banyak yang terbunuh dan mendapat kesusahan. Maka, jika kita tetap bertikai dalam hal keagamaan di masa berkembangnya wabah virus ini, tentu akan terus bertambah korban dan keadaan akan semakin parah.

Kedua, dengan peristiwa tersebut kita juga dapat mengambil pelajaran yaitu apabila semua pihak bersatu, baik itu pemerintah maupun para pihak yang bertikai dan diiringi dengan rasa atau keinginan untuk saling membantu, maka akan tercipta suatu keadaan yang lebih baik. Begitu pula di masa wabah sekarang ini, jika semua pihak bekerja sama tanpa adanya rasa dendam, iri dan dengki serta tanpa memandang golongan baik itu agamanya, sukunya ataupun daerahnya, maka kita akan bersama-sama melewati serangan wabah ini dengan baik dan akan menghasilkan hasil yang baik.

Sebagai contoh yang dapat menginspirasi kita adalah kisah seorang dokter muda yang bernama Tirta Mandiri Hudhi atau yang biasa disebut dr. Tirta. Akhir-akhir ini namanya memang sedang naik daun. Hal ini terjadi setelah ia berkomentar dan mengemukakan pendapatnya dalam program televisi, Indonesia Lawyers Club atau ILC TVOne edisi selasa (24/03/2020).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline