Lihat ke Halaman Asli

Indahnya Kebersamaan

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

23 Februari 2012 08.40 WiTa in front of the Lake

Pagi ini kembali teringat dengan kejadian kemarin pagi. Tidak sadar saya merenungkan kejadian tersebut kembali. Kejadian dimana saya mengantarkan sahabat saya ke travel yang akan membawa dia ke bandara jam 5 pagi. Saya mengantarnya jam ½ 4 pagi dari rumahnya. Perginya tidak ada yang spesial terjadi. Kami hanya mengobrol hingga sampai di tujuan. Kejadian pentingnya adalah saat perjalanan pulang. Jalanan begitu sepi, sepi dari manusia, hewan, dan bahkan dari suara lain. Yang terdengar hanyalah bunyi deru motor yang kupacu kencang dan bunyi angin yang menerobos masuk melalui sela helmku. Perjalanan yang hanya memakan waktu sekitar 20 menit terasa begitu lama. Saya terhenyak dan tiba2 diarahkan kepada pemikiran bahwa betapa mengerikannya jika saya hanya seorang diri di dunia ini. Pasti, suram, sepi, dan mengerikan.

Tiba2 saya teringat dengan sebuah film Will Smith “I am Legend” dimana dia hanya ditemani seekor anjingnya. Kotanya hanya berisi mayat hidup yang akan berkeliaran di waktu malam dan sembunyi di saat ada matahari. Di saat terang ia akan mencari perbekalan untuk bertahan hidup, dan di malam hari ia sembunyi agar tidak diketemukan oleh mayat-mayat hidup itu. Yang pasti film itu mengajarkan bahwa seekor anjing pun sangat penting baginya karena hanya anjing itulah temannya. Itulah sebabnya saat anjingnya tersebut mati, ia pun seperti bosan dengan kehidupan yang ia miliki.

Ada juga film yang bertema serupa “Cast Away”, yaitu film yang bercerita tentang seseorang (Tom Hanks) yang terdampar di sebuah pulau tak berpenghuni dan ia nyaris gila karena menghias sebuah bola voli menyerupai kepala manusia dan menjadikan bola voli itu temannya.

Jika saya merenungkan hidup saya dan hidup banyak orang, saya menemukan terkadang kita kurang bersyukur dengan orang-orang yang Tuhan hadirkan di sekitar kehidupan kita. Memang sih, kita tentu ingin agar orang-orang yang ada di sekeliling kita adalah mereka yang baik, pengertian, dan nyambung dengan kita. Kita pasti malas bertemu dengan mereka yang hanya menyusahkan kita, rusuh, nyebelin, brengsek, atau apapun istilah yang mau kita lekatkan pada profil orang tersebut.

Namun, coba kita bayangkan sejenak jika dunia ini hanya diisi oleh orang-orang yang brengsek dan tidak menyenangkan dan berikutnya bayangkan juga jika kita tinggal seorang diri di dunia ini tanpa ada manusia lain. Mana yang kita pilih? Jika kita semua pernah menonton kedua film yang saya contohkan di atas maka kita akan mengerti betapa kita membutuhkan manusia lainnya.

Maka tidaklah salah jika di sekolah kita diajarkan bahwa kita adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang perlu bersosialisasi dan bersama dengan makhluk lainnya. Bahkan Adam (manusia pertama di muka bumi ini, menurut ajaran agama tertentu) pun merasakan hal tersebut, sehingga Tuhan menghadirkan Hawa sebagai pendampingnya agar ia tidak menjadi kesepian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline