Lihat ke Halaman Asli

Kebakaran Lahan di Sumatera

Diperbarui: 17 Juni 2015   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

LAHAN KELAPA SAWIT SAYA TERBAKAR KURANG LEBIH 50 SAMPAI 70 HEKTAR

Tadi pagi Kota Kayuagung gelap gulita akibat asap, juga Kota Palembang asap sampai menggangu penerbangan baik datang maupun keluar dari Palembang.   Alhamdulillah Batam caucanya relative cerah  jika dibanding Kayuagung dan Palembang. Setidaknya Batam tidak terjadi pembatalan penerbangan. Sungguh sangat nikmat udara Batam tanpa asap yang terasa segar.

Sudah tradisi tahunan saat musim kemarau di Pulau Sumatra terjadi kebakaran lahan. Baik lahan tersebut sengaja dibakar untuk pembukaan lahan perkebunan dan pertanian maupun lahan yang tidak sengaja dibakar. Yang menjadi persoalan jika ada lahan tetangga yang dibakar akan berakibat buruk bagi lahan tetangganya. Api dapat melompat sampai beberapa kilometer. Material yang terbakar saat dibawa angin putting beliung mengancam lahan disebelah sampai beberapa kilo meter.

Pada tanggal 30 September sampai dengan tanggal 5 Oktober 2014 lahan saya terbakar. Tempat lahan Perkebunan saya di Padamaran Ogan Komering Ilir Sumatra Selatan. Lahan tersebut ada yang sudah tertanam kelapa sawit umur 3 tahun (buah pasir) dan sebagian  ada lahan yang belum tertanan kelapa sawit (masa persiapan tahap berikutnya). Dalam pembuatan kebun saya secara bertahap penanamannya untuk mempermudah perawatan.

Alhamdulillah karena kemurahan Allah lahan saya kemarin yang terbakar kurang lebih  sekitar 50 hektar sampai dengan 70 hektar. Jumlah tepatnya berapa hektar yang terbakar belum dapat dikatakan karena belum diadakan pemetaan yang pasti. Saat ini masih sibuk mengurusi hal hal yang lebih mendesak.

Jika dibandingkan dengan Tetangga saya pak Engga mengalami kebakaran satu minggu lebih,  Kebun sawit dia terbakar ratusan hektar dan kerugian dia jauh lebih besar dibanding saya. Belum lagi tetangga dekat saya lainnya Rambang terbakar sudah hampir dua bulan belum padam Kebun sawitnya terbakar sudah Ribuan Hektar dan kerugian dia sudah  ratusan milyar (mungkin hampir menyentuh angka trilyun). Padahal tetangga saya Rambang Karyawan yang memadamkan ratusan orang siang malam dengan peralatan yang memadai. Hingga saat inipun Kebun sawit Rambang masih terus terbakar dengan dahsat belum padam. Hal inilah yang membuat saya tidak terlalu bersedih karena yang mengalami musibah kebakaran ratusan orang dalam satu areal Kebun sawit.

Yang saya permasalahkan pada saat terjadinya kebakaran lahan milik saya kemarin itu adalah mengapa Pemerintah tidak hadir pada saat warganya seperti saya ini sangat membutuhkan pertolongan ? Jangankan menolong, Pemerintah melihat saja tidak. Jangankan melihat bertanya lewat tilponpun tidak. Lalu bagaimana peran Pemerintah dalam melindungi warganya ? Apakah yang dilakukan Pemerintah ini sesuai dengan cita cita pendiri Negara yakni melindungi segenap tumpah darah Indonesia. Pada saat itu saya sangat membutuhkan perlindungan dan pertolongan Pemerintah. Akan tetapi saya tidak mendapatkannya. Sungguh yang saya rasakan Pemerintah” tidak ada” saat saya dalam kesulitan dan musibah.

Padahal saya sudah lapor kebakaran lahan saya kepada Instansi sipil dan Militer juga Kepolisian. Satu orangpun tidak ada yang memperdulikan musibah saya.Sungguh saya sangat terpukul sebagai Petani Kecil Kelapa sawit di Padamaran yang sedang  mengalami musibah. Saya sebagai Petani dengan Modal kecil dan kekuatan kecil menyebabkan saya sangat sedih lahan terkena musibah kebakaran. Di lapangan tempat terjadinya musibah saya tidak merasakan kehadiran Pemerintah yang saya harap membantu dan menolong saya.

Sebagai seorang Muslim saya sadar ini adalah ujian bagi saya. Saya bersyukur PadaNya bahwa saya dan keluarga diberi kekuatan untuk menghadapi ujian musibah kebakaran lahan sawit saya. Dan saya yakin Allah akan mengganti yang lebih baik lagi serta lebih banyak lagi. Demi Allah pada saat ini saya dan keluarga saya sama sekali tidak bersedih dan selalu bersyukur kepada Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline