Belakangan berita Pak Tiffatul Sembiring menjadi sangat hot. Tidak hanya di dalam negeri tapi juga menular sampai ke luar negeri. Sangat menarik untuk dicermati, bukan untuk sekedar mencaci-maki tapi apakah memiliki ini esensi yang berarti. Bagi saya, janji seseorang dengan Tuhannya, adalah kepercayaannya, itu urusan dia dengan Tuhannya. Apalagi jika janji itu tidak ada pengaruh bagi ranah publik. Maka saya anggap janji itu adalah hal ekslusif yang bersangkutan. Jika janji itu dilanggar, maka saya berprinsip biarkan saja itu urusan yang bersangkutan dengan Tuhanya, biarkan Tuhan yang memutuskan. Jika kita masih dalam derajat manusia, bukan hak kita memutuskan itu dosa atau pahala. Saya rasa yang menjadi masalah hanya karena merasa dibohongi oleh Pak Tiff, apalagi kalo dihubungkan dengan kicauan yang bersangkutan di twitter, kita merasa Pak Tiff bohong dan ngibuli. Soal merasa dikibuli dengan ngelesnya Pak Tiff, rasanya kurang enak dan tanggung kalo cuma Pak Tiff yang kita caci-maki. Tidak puas rasanya, seperti tidak puasnya makan di rumah makan Padang kalo tidak ada "tambuah ciek" untuk sepiring nasi. Mari kita jangan sampai amnesia, dan menjadi orang yang pelupa. Lupakah kita dengan janji-janji berjumawa para pejabat ketika pemilu dulu. Lupakah kita dengan janji SBY waktu kampanye dulu untuk memberantas korupsi, Foke dengan janji sang ahli, dan banyak lagi janji-janji wakil rakyat yang menerbangkan kita semua ke alam mimpi. Janji-janji ini apakah ditepati? merasa dikibuli? kalo iya kenapa ini tidak dijadikan juga untuk caci maki? Bahkan di dalam masa bencana ini, bencana Merapi, Mentawai dan Wasior. Semuanya berjanji akan memperhatikan pengungsi. Saya tidak akan menuduh semua sudah hilang ingatan, tapi apakah masih ada yang ingat dengan janji-janji ketika bencana lumpur LAPINDO dulu? Apakah karena LAPINDO sudah lama maka ia akan menjadi hal yang basi. Apakah karena sudah muncul bencana baru maka bencana lama dilupakan? Saya yakin dengan haqqul yakin, jika nanti muncul lagi bencana yang baru, maka bencana-bencana seperti Merapi, Mentawai dan Wasior juga akan dilupakan. Dan semua lupa untuk mencaci maki karena ada yang telah melanggar janji. Semua akan seperti patung yang lupa untuk unjuk gigi walau hanya sekedar untuk caci maki. Jika caci maki sebegitu berarti, mari alihkan untuk hal-hal lebih berarti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H