Kalian pasti udah ngerasain betapa kerennya AI kayak ChatGPT atau DeepSeek buat bikin puisi, ngerjain tugas, atau bahkan ngejawab pertanyaan random. Tapi, di balik itu, ada pertarungan seru antara dua AI ini soal siapa yang paling jago ngertiin konteks, bahasa slang, atau pertanyaan ambigu. Nah, kita bakal bedah tuntas kemampuan mereka dari segi bahasa formal, informal, sampai bahasa daerah. Plus, ada hasil tes resmi yang mungkin bikin kalian kaget!
Arsitektur Dasar: Kok Bisa Bedain Konteks?
Kalo kita lihat secara umum, ChatGPT dan DeepSeek sama-sama pakai teknologi Transformer, tapi cara kerja otak mereka beda banget.
ChatGPT (OpenAI): Modelnya monolitik, kayak otak raksasa yang harus dipake full setiap kali mikir. Dia jago ngomong panjang lebar dan kreatif, tapi boros energi.
DeepSeek (China): Pakai sistem Mixture of Experts (MoE). Bayangin punya tim ahli: kalau ditanya soal coding, yang aktif cuma ahli coding; kalau ditanya masakan Padang, ahli kuliner yang nyaut. Jadi, lebih efisien dan fokus.
Mau tau sedikit fakta uniknya? DeepSeek punya 671 miliar parameter, tapi cuma 37 miliar yang aktif per tugas. Sedangkan ChatGPT (GPT-4) punya 1 triliun parameter yang harus nyala semua ketika menjalankan prompt/perintah.
Ujian Bahasa Formal vs Slang vs Daerah
A. Bahasa Formal
ChatGPT: Lebih natural ngomong Inggris, apalagi buat nulis artikel akademis atau laporan. Tapi, kalo pake bahasa Indonesia formal, kadang kaku kayak Google Translate (tapi itu kadang ya, tergantung dari prompt yang kita bikin juga).
DeepSeek: Jagoan bahasa Asia! Bahasa Mandarin dan Jepang lebih lancar, termasuk ngerti istilah teknis kayak "PD-L1 inhibitor" di penelitian medis.
Contoh Tes:
"Jelaskan mekanisme regulasi PD-L1 dalam infeksi T. marneffei."