Lihat ke Halaman Asli

Kama Anagata Aku

Diperbarui: 13 Oktober 2023   13:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

Kama Anagata Aku

karya : Rizky Putra Ichfiandra

Di tengah megahnya kota Jakarta yang ramai. Di sebuah komplek perumahan yang ramai dan padat Hidup seorang pria, baik budinya, tutur kata lembutnya, prangainya ceria dan ramah tubuhnya tinggi, kulit putih, berambut hitam panjang, sehingga membuat orang lain elok saat memandang dirinya.

Itu adalah aku, Kama Abisatya Yang lahir dari keluarga sederhana namun mampu untuk membeli apapun. Aku lahir dari ibu yang merupakan seorang ibu rumah tangga dan ayah yang bekerja di sebuah perusahaan. Aku juga memiliki satu kakak laki-laki dan satu adik perempuan yang lucu dan mengemaskan di sekolah.

Aku biasa dipanggil oleh teman-temanku Kama. Aku baru saja memasuki SMA, cukup senang bisa menjadi siswa dari SMA yang aku inginkan sejak SMP.

Banyak orang yang beranggapan bahwa masa SMA adalah masa-masa sekolah yang indah dimana para siswa-siswinya banyak membuat cerita yang menyenangkan dan juga penuh perjuangan.

Di saat aku memasuki masa SMA, semua pemikiranku harus dibuat menjadi lebih dewasa dan juga berpikir kritis agar mampu menghadapi berbagai masalah dengan sikap tenang dan bijak.

Aku tertarik mengikuti OSIS di sekolahku. Akhirnya, aku pun mendaftarkan diri untuk menjadi anggota OSIS. Berbagai tahap penerimaan anggota OSIS aku jalani dengan baik. Kebar baik datang kepadaku. Aku diterima sebagai anggota OSIS.

Tetapi, selama aku di SMA, aku merasa ada sesuatu yang mengganggu pikiranku. Rasanya seperti rasa iri terhadap orang lain. Aku selalu mengingatkan perasaan ini yang membuat diriku menjadi tidak tenang.

Akhirnya, aku bercerita kepada teman SMP ku. Sekarang ia tidak bersekolah di sekolah yang sama denganku. Ia juga anggota OSIS di sekolahnya. Dan terkadang, aku dan ia saling memberi saran dan bercerita ketika ada masalah yang mengganggu pikiran kita. Entah mengapa, ketika aku sedang menceritakan keluh kesahku, hatiku menjadi sangat tenang dan nyaman ketika sedang bersamanya.

Ternyata selama ini yang selalu aku hidupkan kepada orang lain adalah cinta. Aku membutuhkan seseorang yang bisa menemaniku sebagai rumah untuk bercerita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline