Lihat ke Halaman Asli

Rizqy Nur Mauliddinah

Mahasiswa Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Posyandu Ceria Desa Kemiri : Sinergi Warga dan Mahasiswa Lawan Stunting

Diperbarui: 15 Januari 2025   22:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa bersama Warga dalam Kegiatan Posyandu Dsn. Lemahbang, Desa Kemiri (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Stunting : Lebih dari Sekadar Masalah Tinggi Badan

Stunting bukan sekadar masalah tinggi badan anak yang lebih pendek, tetapi juga gangguan gizi kronis yang mengancam perkembangan anak. Menurut WHO, stunting terjadi ketika tinggi badan anak lebih dari dua standar deviasi di bawah rata-rata usia sebaya. Menurut Tendean, A. F., Sutantri, Z., Alhalawi, M. C dalam penelitiannya, stunting disebabkan oleh kekurangan gizi yang berlangsung lama, dari masa kehamilan hingga usia dua tahun, yang dikenal dengan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Di Indonesia, stunting menjadi perhatian besar dengan prevalensi yang tinggi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, angka stunting nasional mencapai 30,8%, jauh melebihi ambang batas WHO sebesar 20% ( Rusliani, N., Hidayani, W. R., Sulistyoningsih, H. 2022). Dampaknya tidak hanya terlihat dalam fisik anak, tetapi juga pada perkembangan kognitif, motorik, dan imunitas mereka. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Yuana, N., Larasati, T., Berawi, K. N. (2021), mengungkapkan bahwa anak-anak yang stunting berisiko memiliki kualitas hidup yang lebih rendah dan dapat menghadapi masalah kesehatan kronis di masa dewasa.

Kenapa Stunting Harus Segera Ditanggulangi?

Stunting bisa memengaruhi perkembangan kognitif anak, bahkan mempengaruhi kemampuan belajar mereka. Hal ini berujung pada penurunan produktivitas dan kualitas hidup di masa depan. Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah ekonomi, yang akan memengaruhi generasi mendatang. Jika kita ingin masa depan yang cerah untuk Desa Kemiri, kita harus memastikan generasi muda bebas dari stunting.

Stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga masalah sosial dan ekonomi. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko penurunan kemampuan belajar, gangguan kesehatan kronis, dan penurunan kualitas hidup yang dapat memengaruhi masa depan bangsa (Erawati, N. K. 2020). Oleh karena itu, pencegahan stunting harus menjadi prioritas bersama, terutama di desa-desa yang lebih berisiko terkena stunting.

Posyandu: Aksi Kolaborasi Warga dan Mahasiswa KKM

Desa Kemiri, Jabung  telah menerapkan Posyandu sekali sebulan, dengan jadwal yang sudah ditentukan untuk setiap dusun. Pada bulan Januari ini, Posyandu menjadi lebih spesial berkat bantuan mahasiswa KKM Nurtura dari UIN Malang.

Selain itu, kegiatan posyandu kali ini tidak hanya penuh dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT), tetapi juga ditambah dengan susu dan snack bergizi dari mahasiswa. Anak-anak  pun semakin semangat untuk datang, mungkin karena mereka tahu bakal dapat camilan ekstra! Tapi lebih dari itu, snack ini memberikan asupan gizi yang sangat dibutuhkan oleh tubuh mereka.

Snack tambahan yang dibawa mahasiswa meliputi susu kaya kalsium dan biskuit gandum, yang memberikan nutrisi penting bagi anak-anak. Menurut penelitian, makanan tinggi protein dan mineral seperti susu sangat efektif dalam membantu menurunkan risiko stunting (Ruswiyani, E., Irviana, I. 2024).

Kolaborasi Mahasiswa dan Warga Desa: Sinergi yang Meningkatkan Kesehatan

Mahasiswa membantu Pengukuran Tinggi Badan Balita (Sumber : Dokumentasi Pribadi)

Kehadiran mahasiswa KKM di Posyandu Desa Kemiri membawa warna baru dalam upaya melawan stunting. Mereka tidak hanya sekadar membagikan makanan, tetapi juga aktif dalam berbagai kegiatan edukasi. Mahasiswa terlibat langsung dalam proses pengukuran tinggi dan berat badan anak, memastikan setiap data dicatat dengan akurat untuk memantau perkembangan anak. Tak hanya itu, mereka juga mengadakan permainan interaktif untuk anak-anak, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.

Urgensi kolaborasi ini semakin nyata di Dusun Lemahbang, yang memiliki 62 balita dan 25 lansia. Dengan jumlah balita yang cukup banyak, Posyandu menjadi garda terdepan untuk mencegah stunting. Melalui sinergi antara warga dan mahasiswa, ibu-ibu mendapatkan pengetahuan baru tentang pentingnya asupan gizi seimbang, yang menjadi kunci utama dalam pertumbuhan anak-anak mereka. Mahasiswa membantu mengubah kebiasaan sehari-hari warga dengan memberikan edukasi praktis tentang gizi dan pola asuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline