Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembentukan individu yang berkualitas. Selain pengetahuan akademik, penting juga untuk memberikan perhatian khusus pada pendidikan akhlak atau moral. Bagi seorang Muslim, pendidikan akhlak menjadi aspek yang tak terpisahkan dalam pembentukan karakter yang baik. Pendidikan akhlak muslim meujuk kepada pendiikan moral serta etika yang diajarkan kepada umat islam. Pendidikan akhlak muslim menjadi bagian penting dari ajaran islam yang menekankan kepada perilaku baik, moral yang kuat dan etika yang benar dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan akhlak muslim menjadi aspek penting dalam membentuk karakter dan perilaku individu dalam masyarakat islam.
Terdapat beberapa istilah baik dalam Al-Qur'an maupun Sunnah yang memiliki arti pendidikan, seperti tarbiah yang berasal dari kata rabwah yang mana memiliki arti bertambah, tumbuh, dan berkembang. Pendidikan akhlak Muslim adalah proses pembentukan karakter yang sesuai dengan ajaran Islam. Pendidikan akhlak mengajarkan individu untuk menjalani hidup dengan etika yang benar, berperilaku baik, dan mampu menghadapi berbagai tantangan dengan penuh kesabaran. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa mendidik berarti menumbuhkembangan potensi seseorang agar bertambah matang, dewasa, aktual dan berfungsi dengan tujuan mencapai derajat yang tinggi.
Ada enam potensi manusia yang harus ditumbuhkembangkan, potensi-potensi tersebut meliputi, potensi fisik, intelek, emosi, spiritual, kepribadian dan sosial. Potensi fisik, yaitu merupakan potensi yang mengarah kepada pendidikan jasmani atau kemampuan manusia untuk menjaga kesehatan tubuh, bergerak, makan, tidur hingga kesadaran untuk menutup aurat. Lalu ada potensi intelek, potensi yang mengarah kepada kemampuan manusia untuk berfikir, menggunakan nalar, belajar, mencari ilmu dan memahami berbagai macam hal yang ada di dunia dan sekitarnya. Potensi emosi, manusia memiliki kapasitas untuk merasakan berbagai macam emosi, seperti bahagia, sedih, dan marah.
Memahami dan mengelola emosi merupakan bagian penting dari potensi emosi ini sendiri. Potensi spiritiual, di mana potensi ini mencakup pencarian akan makna hidup, nilai-nilai serta pengalaman spiritual. Hal ini berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan yang lebih mengarah ke dalam eksistensi dan tujuan hidup. Selanjutnya, potensi kepribadian yaitu potensi yang mengacu pada kemungkinan pegembangan bermacam-macam aspek dalam diri seseorang seperti karakter, perilaku, dan tanggapan. Potensi yang terakhir yaitu potensi sosial, yaitu bagaimana cara seseorang berinteraksi dengan orang lain.
Dalam menumbuhkembangkan potensi-potensi tersebut maka diperlukan adanya komponen-komponen kepribadian yang melipuiti, komponen cognitive, affective, conative dan motoric. Komponen cognitive yaitu aspek kepribadian yang berkaitan dengan pemikiran dan nalar seseorang.
Terdapat tiga tingkatan dalam komponen ini, yang pertama mengetahui, berarti seseroang memiliki pengetahuan, yang kedua mengerti tandanya seseroang sudah mengerti dan dapat menjelaskan pengertian akan suatu hal, yang ketiga memahami, pada tingkat ini berarti seseroang sudah memahami dan mencapai tingkat tertinggi dalam komponen kepribadian cognitive. Komponen yang kedua yaitu affective, kepribadian yang mengacu kepada emosi dan perasaan.
Dalam kepribadian ini terdapat empat tingkatan yaitu, meresap, menghayati, menjiwai dan mengakar. Komponen yang ketiga yaitu conative, aspek ini berkaitan dengan perilaku, sikap, dan motivasi seseorang. Hal ini mencakup kepada apa yang mendorong seseroang untuk bertindak, tujuan yang mereka tetapkan dan upaya yang mereka lakukan. Komponen kepribadian yang terakhir adalah motoric, aspek ini melibatkan gerakan fisik dan aktivitas seseorang, atau dapat diartikan sebagai tindakan, melakukan sesuatu, perbuatan dan juga pelaksanaan. Keempat komponen ini memiliki keterkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi.
Selanjutnya, para ahli pendidikan membagi lingkungan pendidikan ke dalam tiga bagian, yaitu lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan masyarakat dan lingkungan pendidikan sekolah. Lingkungan pendidikan akhlak dalam keluarga merupakan pendidikan yang bersifat informal.
Keluarga memiliki peran sentral dalam pendidikan akhlak. Orangtua harus menjadi contoh bagi anak-anak mereka dan mengajarkan nilai-nilai Islam sejak dini. Dalam lingkungan pendidikan akhlak keluarga terdapat tiga teori, pertama teori naturalisme, yang mana menjelaskan bahwa akhlak seseroang sudah ditentukan dari sejak lahir. Kedua, teori empirisme yang menyatakan bahwa lingkungan keluarga sangat mempengaruhi akhlak seseroang. Ketiga, teori konvergensi yang menyatakan bahwa potensi seseorang memiliki potensi baik yang besifat potensial dengan faktor bawaan dengan peranan penting dari keluarga. Dalam pendidikan akhlak keluarga juga terdapat empat metode, yaitu konfirmasi, uswatun-hassanah, cerita, dan literasi.
Metode konfirmasi merupakan titik pusat dari bagaimana orang tua merupakan pendidik pertama dalam menamamkan akhlak pada anak. Metode uswatun-hassanah, yaitu metode di mana orang tua memiliki gambaran yang menginspirasi kehidupan seseorang anak secara menyeluruh. Metode selanjutnya adalah metode cerita dan literasi, merupakan metode yang memperkuat kedua metode sebelumnya, metode cerita menjadi salah satu metode paling efektif dalam menanamkan akhlak pada seseroang anak. Terakhir metode literasi, yaitu metode yang bertitik pusat bahwa pendidikan dasar yang baik dapat dilakukan dengan memperkenalkan aksara terlebih dahulu.
Lingkungan pendidikan akhlah selanjutnya yaitu lingkungan sekolah yang bersifat formal. Umumnya dalam lingkungan sekolah ini banyak sekali faktor yang memperngaruhi, seperti kualitas guru agama, bagaiamana kurikulum pendidikan agama, kurikulum tersirat atau hidden curriculum, serta pendidikan akhlak dalam resapan bidang studi.