[caption id="" align="alignleft" width="350" caption="dok.Komunitas Salihara"][/caption] Komunitas Sastra Salihara saat ini tengah diguncang. Sebabnya, mungkin semua pihak sudah mengetahui. Dimana seorang penyair kenamaan dalam komunitas itu, yang sebenarnya masih ada hubungan kerjasama dengan media Tempo diduga telah melakukan tindak perkosaan kepada Mahasiswi FIB UI. Tentu kita semua telah memahami bahwa Komunitas Salihara, dekat dengan gerombolan Islam Liberal yang tipe-tipe mereka sebelas duabelas. Tak heran bila, dalam komunitas salihara, isu dan sastra yang dihasilkan penuh dengan kontroversi, khususnya dalam dunia islam. Bahkan kebebasan yang diagungkan, diantaranya tarian telanjang tanpa nafsu yang marak di kisahkan di berbagai media online, bahkan jaringan sosial media. Bagai buah simalakama. Tindakan SS, seorang penyair itu dengan melakukan pemaksaan dalam hubungan intim terhadap seorang mahasiswi, menunjukkan ternyata kebebasan mereka tetaplah terusik dengan hawa nafsu mereka. Adalah wacana kegilaan, bila seseorang tak bernafsu jika dihadapannya senantiasa ada wanita bertelanjang atau sebaliknya. Dan kebebasan Salihara, menemui masalahnya. Diskusi dan wacana dalam mengobrak-abrik islam, dan memunculkan wacana Marxisme di dalamnya telah membuktikan bahwa komunitas Salihara, adalah komunitas yang tak layak dianggap sebagai komunitas pengagum sastra. Mereka menodai sastra dan merusak persahabatan sastra yang lekat dengan kebaikan dan agama. Kurator Salihara memang lekat kepada liberal, salah satunya di dalamnya terdapat Guntur Romli, yang terkenal karena JIL-nya. Selain itu Visi Komunitas Salihara adalah memelihara kebebasan berpikir dan berekspresi, menghormati perbedaan dan keragaman, serta menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual. Sastra dan Keagungan Agama Kita harus memahami bahwa sastra adalah bahasa hati yang membebaskan. Tetapi tak selamanya kebebasan itu bernilai baik. Maka, sastra - sastra harus berjalan seiring dengan agama yang ada. Sastrawan-sastrawan islam masa lalu, tetap mampu memberikan karya terbaik tanpa berlawanan dengan agama. Toh, nama mereka tetap harus hingga hari ini. Salah satu sastrawan muslim yang mendunia dan melegenda adalah Umar Khayyam. Beliau merupakan tokoh sastra besar islam, meskipun lebih terkenal sebagai penyair namun beliau juga turut dianggap sebagai pakar dalam matematika algebra. Dalam bidang Matematika, penyair Islam ini telah berhasil memecahkan persamaan pangkat tiga dan pangkat empat melalui kerucut-kerucut yang semua itu merupakan ilmu aljabar tertinggi dalam matematika modern. Sementara itu Umar al-Khayam yang wafat pada tahun 515 H/1121 M, Uraian-uraiannya kemudian berpindah dari Eropa dan menjadi dasar kepada apa yang ada pada jaman modern ini. Jadi sastrawan muslim seharusnya lekat dengan agama. Punya pribadi islam yang unggul. Bukan melawan dan ternyata tak menunjukkan sisi-sisi pribadi yang anggun dan mulia. Jadi Komunitas salihara tak lebih dari sebuah komunitas penodaan agama dan karya sastra sendirinya. Bahkan kasus Sitok ini, sebagai bukti bahwa kebebasan itu hanyalah bahasa semu untuk mengkiaskan nafsu mereka yang tak terkontrol.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H