Lihat ke Halaman Asli

Mengingat "Dosa" Partai Islam

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari ini, kubu pilpres mengarahkan pada dua hal. Kubu Jokowi dan Kubu Prabowo.  Dari kedua hal ini, ada hal menarik, yaitu keterlibatan Partai-partai berbasis massa islam di dalamnya. Ya, mengingat suara partai islam bila disatukan mencapai 30% lebih jumlah suara.

Nabi Muhammad SAW: “Tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu bila berbicara dusta, bila berjanji tidak ditepati, dan bila diamanati dia berkhianat. “(HR. Muslim)

Pernyataan hadits di atas bisa menggambarkan bagaimana partai-partai islam hari ini menunjukkan apa yang diucapkan oleh Rasul SAW. Perhatikan saja, kita akan mulai dari Jokowi.  Jokowi begitu didukung kala menjadi walikota Solo. Tak tanggung-tanggung PKS, partai yang mendukungnya di solo kala itu mengeluarkan fatwa bahwa memilih calon walikota dan wakilwalikota yang non-muslim itu dibolehkan. Mengingat kala itu, PKS Solo mendukung Jokowi yang berpasangan dengan calon non-muslim.

Sayangnya, ketika di Jakarta, Hidayat Nur wahid yang dulu mendukung Jokowi waktu itu maju sebagai Calon Gubernur Jakarta. PKS pun pisah ranjang dengan PDIP. Tak sedikit kader PKS yang melakukan serangan terhadap jokowi. Padahal kita tahu benar, bagaimana mesranya PKS dengan PDIP kala itu dalam mendukung Jokowi di Solo.

PKB partai pendukung Jokowi hari ini, pernah mendeklarasikan Bang Rhoma Irama sebagai Capres mereka. Sayangnya, Cak Imin, selaku ketua PKB mengarahkan dukungan kepada Jokowi. Perlu diingat pula, bagaimana PKB pernah menjatuhkan Gusdur, kemudian Rhoma Irama dan bisa jadi, grup Cak Imin ini akan menikam gerak Jokowi dari dalam koalisi nantinya.

Bagaimana dengan PPP, PAN dan PKS yang kini mendukung Prabowo? Bukankah Prabowo begitu lekat dengan kasus tragedi 1997-1998 ? Tentu serangan-serangan terkait Prabowo yang dilakukan kader, tokoh dan simpatisan di masa lalu sepertinya berubah seketika, demi kepentingan politik. Ingatlah, dalam Politik Demokrasi tidak ada persahabatan yang ada adalah kepentingan abadi.

Bagaimana mungkin, partai islam mampu memberikan contoh di tengah-tengah masyarakat, jika pragmatisnya mereka dalam pergerakan. Sudahlah hanya menjadikan islam sebagai "lip service" belaka justru hari ini, kita melihat bagaimana partai islam adalah tidak lebih dari anak ayam yang kehilangan induknya.

Partai Islam di kancah Pemilu Demokrasi, hari ini tak lebih sekedar pertarungan kepentingan pimpinan mereka saja. Bukan karena kesadaran gerak yang diusung oleh kelompok mereka. Tak mengherankan, kader-kader mereka yang ikhlas di akar rumput terpaksa harus menjawab serangan yang disematkan kepada mereka, akibat keputusan pucuk pimpinan.

Lagi-lagi, mengingatkan kepada semua pihak, utamanya kepada partai islam di kancah Demokrasi. Kesadaran yang harus dijaga adalah islam yang tersemat. Islam yang tak bisa ditukar-guling dengan uang mahar, kekuasaan dan harta para pejabat. Dan lagi-lagi partai islam... cakar dan giginya tak punya pengaruh lagi.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline