Lihat ke Halaman Asli

Rizqi Nurdianto

Buruh Harian Lepas Di Perusahaan Milik Negara

Orang Baik,Hakim Yang Buruk!!

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda orang baik??atau anda memang sudah menjadi orang yang baik??Pertanyaan saya sangat simpel,siapa yang mengeluarkan surat keterangan/ijazah/sertifikat/label anda sudah menjadi orang baik??tidak ada bukan.

Berawal dari perbincangan kecil dikantor dengan atasan yang menjurus menjadi perdebatan, membahas mengenai manusia baik atau buruk, setelah perdebatan,ada satu kesimpulan kecil yang bisa saya tarik, yaitu hampir rata-rata orang yang notabenya saya anggap manusia baik dimata saya mempunyai sedikit kekurangan yang sangat mendasar, mereka seakan merasa lebih dibanding orang yang mereka anggap bukan tipe manusia baik, dengan merasa menjadi yang lebih atau apapun itu mereka menjadi sangat mudah sekali untuk menghakimi seseorang yang mereka anggap tidak baik.

Saya bukan orang baik,saya memposisikan diri menjadi orang buruk, saya hanya manusia biasa yang layaknya banyak kesalahan pula,Namun baik dan buruk itu sendiri bukan sesuatu yang pasti dapat dinilai layaknya itungan matematika, dan tidak ada badan/lembaga khusus yang menilainya, yang paling mudah mungkin menilai manusia yang merugikan orang lain (secara hukum), memang agama mengajarkan manusia untuk menjadi manusia yang baik tentunya, tetapi dalam agama pun hanya tuhan yang punya hak prerogative untuk menghakimi bukan??anda tuhan??

Saya jadi menganalogikan seperti filosofi padi, semakin berisi semakin merunduk, pernah anda merasakan bertanya atau berguru dengan seseorang yang anda rasa ilmunya masih sedikit??pasti ilmu yang mereka ajarkan hanya sebatas lapisan kulit saja, dan rata-rata guru/orang yang seperti itupun pasti sangat mudah sekali berucap benar/salah,iya/tidak,boleh/tidak, kafir/ahli surga, tanpa memaparkan esensinya,berbeda dengan guru/orang yang memiliki ilmu atau pengalaman yang banyak, mereka akan menggiring opini anda menuju pokok permasalahnya, dan tanpa anda sadari anda akan dibukakan sudut-sudut pandang baru mengenai permasalahan tersebut, tanpa perlu sedikitpun kata-kata yang sifatnya menghakimi, karena mereka sadar pula bahwa mereka mungkin bukan siapa-siapa, yang bisa mereka lakukan hanya menerangkan apa yang mereka ketahui (ilmu/pengalaman), bukan memposisikan diri untuk membandingkan diri mereka dengan diri anda, karena perbandingan itu sifatnya hanya menimbulkan perbedaan. Jadi menurut saya tipe orang yang merasa baik yang suka menghakimi orang lain tidak lebih hanya orang yang baru ingin menjadi baik, apapun itu definisi baiknya.

Saya lebih sreg istilah manusia baik dan buruk itu diganti dengan manusia yang bermanfaat atau tidak, karena dalam ajaran agama saya, bahwa sebaik-baiknya manusia itu adalah Rahmatan Lil Alamin, manusia yang bermanfaat bagi alam semesta, baik bagi sesama mahkluk hidup maupun alam sekitar.

“Apa yang membuat kita merasa lebih benar, lebih baik, lebih hebat dan lebih superior dari orang lain, sampai kita merasa boleh/berhak membunuh perasaan mereka melalui perkataan kita?TIDAK ADA”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline