Lihat ke Halaman Asli

Rizqi Amalia

Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Menggali Akar Ketidaksetaraan: Mengapa Profesi Pembantu Sering Disebut Rendahan

Diperbarui: 14 September 2023   08:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://global-uploads.webflow.com/6346686a30512816becfbf47/6432d619a50b9c3d4463d0ad_wasweswos_indonesian_house.webp

Profesi pembantu sering menjadi bahan perdebatan yang kompleks dalam masyarakat kita. Di satu sisi, mereka menjalankan tugas-tugas penting dalam menjaga rumah tangga dan masyarakat berjalan dengan lancar. Namun, di sisi lain, profesi ini sering dianggap rendahan dan kurang dihargai. Untuk memahami mengapa hal ini terjadi, kita perlu menggali akar dari ketidaksetaraan sosial yang melibatkan profesi pembantu.

1. Sejarah Ketidaksetaraan Sosial
Salah satu akar dari persepsi negatif terhadap profesi pembantu adalah sejarah ketidaksetaraan sosial. Di masa lalu, profesi ini seringkali terkait dengan perbudakan, di mana orang-orang yang kurang beruntung dipaksa untuk bekerja sebagai pembantu. Pada waktu itu, istilah "babu" dan "jongos" sering digunakan untuk merujuk kepada pembantu.

- Babu : Istilah "babu" memiliki asal muasal dari gabungan kata "Mbak Ibu" di mana itu merujuk kepada seorang pembantu rumah tangga atau pelayan. Dalam sejarah kolonial, istilah ini sering digunakan oleh penjajah untuk merujuk kepada pembantu yang mereka pekerjakan. Seiring berjalannya waktu, istilah "babu" menjadi merendahkan karena mengingatkan pada masa penjajahan.

- Jongos : Istilah "jongos" juga memiliki akar sejarah yang serupa. Awalnya, istilah ini berasal dari bahasa Belanda "jongens" yang berarti anak laki-laki, yang mengacu kepada seorang pembantu yang bekerja di rumah-rumah orang kaya. Pada masa kolonial, istilah ini digunakan secara luas untuk merujuk kepada pembantu. Penggunaan istilah "jongos" juga seringkali merendahkan dan mencerminkan ketidaksetaraan sosial.

2. Ketidaksetaraan Ekonomi
Ketidaksetaraan ekonomi juga menjadi faktor utama dalam persepsi rendah terhadap profesi pembantu. Gaji yang rendah dibandingkan dengan pekerjaan lain sering kali menghambat pengakuan nilai pekerjaan ini. Meskipun mereka memainkan peran penting dalam menjaga kebersihan rumah tangga dan memberikan bantuan lainnya, gaji yang rendah dapat membuat orang meremehkan pekerjaan ini.

3. Stereotip Terhadap Pekerjaan Tidak Terampil
Banyak orang memiliki stereotip bahwa pekerjaan pembantu adalah pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian khusus atau pendidikan formal. Ini adalah pemikiran yang salah. Pekerjaan rumah tangga, perawatan anak-anak, dan merawat orang tua memerlukan sejumlah keterampilan yang harus dikuasai. Namun, stereotip ini masih mempengaruhi persepsi masyarakat tentang profesi pembantu.

4. Stereotip Gender
Profesi pembantu sering dikaitkan dengan peran-peran gender tradisional yang dianggap "perempuan." Ini menciptakan stereotip gender yang mengurangi penghargaan terhadap pekerjaan ini. Perlu diingat bahwa pekerjaan ini dapat dijalankan oleh siapa saja, tidak hanya oleh perempuan, dan setiap individu memiliki potensi untuk memberikan kontribusi yang berharga.

5. Ketidaksetaraan dalam Struktur Sosial
Ketidaksetaraan dalam struktur sosial juga memainkan peran dalam persepsi terhadap profesi pembantu. Ketika profesi ini terutama diisi oleh kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi atau oleh minoritas tertentu, hal ini dapat menguatkan stereotip negatif dan persepsi rendah terhadap mereka.

***
Sehingga untuk mengubah pandangan sosial terhadap profesi pembantu, kita perlu mengatasi akar-akar ketidaksetaraan yang ada dalam masyarakat. Ini termasuk memahami sejarah, mengakui nilai pekerjaan ini, menghilangkan stereotip, dan memastikan kompensasi yang setimpal. Profesi pembantu memiliki peran penting dalam menjaga kesejahteraan rumah tangga dan masyarakat secara keseluruhan, dan penting bagi kita semua untuk menghargai kontribusi mereka dengan adil. Dengan langkah-langkah ini, kita dapat menciptakan masyarakat yang lebih inklusif dan menghargai semua profesi tanpa pandang bulu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline