Lihat ke Halaman Asli

Rizqi Rahayu

memanusiakan manusia

Jiwa dalam Perspektif Al Ghazali

Diperbarui: 1 Maret 2021   16:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Al-Ghazali berkata bahwa jiwa manusia mempunyai tiga sifat besar yang utama. Sifat pertama adalah sifat binatang dan tujuan jiwa mereka adalah tidur, makan, berkelahi, dan memuaskan kebutuhan seksualnya. Apabila pada diri seseorang tidak ada lagi selain jenis ini, dia sama nilainya dengan binatang. 

Kedua, terdapat semacam sifat setan di dalam manusia. Apabila seseorang hanya menyibukkan dirinya dengan melakukan kejahatan, memiliki daya tarik terhadap hal-hal yang buruk, seperti akal bulus dan penipuan, dia sama nilainya dengan setan. 

Ketiga, para malaikat yang bertafakur mengenai keindahan Tuhan dan secara keseluruhan bebas dari sifat-sifat binatang dan sifat yang jahat. Setiap waktu, keadaan yang rasional dibutuhkan untuk meningkatkan dirinya hingga mencapai status malaikat dari sudut pandang moral dan rohani. 

Dia harus membersihkan dirinya dari barang-barang buangan dan hiruk pikuk yang menjadi ciri khas makhluk rendahan di antara alam semesta. Hal-hal tersebut hanya dapat dikerjakan dengan menafakuri Tuhan dan melaksanakan perintah-perintah-Nya dengan penuh keimanan. Kemajuan manusia yang bersifat vertikal untuk menundukkan dua sifat yang negatif pada sifat yang terakhir. 

Dengan demikian, tahapan pertama ke arah menyadari diri adalah menguasai berbagai faktor dasar dalam diri seseorang. Hal ini hanya bisa ditempuh dengan memperoleh tipe ilmu pengetahuan dan belajar yang benar. Ilmu pengetahuan merupakan upaya dan perangkat untuk mewujudkan tujuan hidup yang agung. 

Tujuan hidup yang agung adalah sadar akan diri dan Tuhan. Menyadari diri berarti menemukan orang yang sebenarnya dalam batin, yakni siapa yang menjadi perwujudan moral dan rohaniah secara sempurna. Sekaligus menyadari bahwa manusia adalah makhluk ciptaan. Menyadari adanya Tuhan berarti memahami adanya Sang Kholik. Kholik adalah yang memiliki pengetahuan dan memberi pengetahuan untuk mewujudkan tujuan hidup manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline