Salah satu figur terbaik pra-kemerdekaan Indonesia ialah Sultan Malik As Saleh. Sultan Malik As Saleh menjadi sosok perintis kerajaaan Samudra Pasai yang begitu dikenal dunia. Sultan Malik As Saleh memiliki nama asli Meurah Silue. Ia adalah putra dari Meurah Seulanga (Meurah Jaga) dan cicit dari Meurah Mersa (Toe Mersa). Nama Malik As Saleh sendiri dipengaruhi oleh ajaran Islam yang masuk ke Aceh pada saat itu. Hal ini diceritakan dalam Hikayat Raja-Raja Pasai (HRRP), bahwa raja yang baru memeluk Islam itu diberi nama Sulthan Malik Al-Salih, sebelum masuk Islam ia bernama Meurah Silue.
Kehadiran Islam di Negeri Pasai banyak mempengaruhi ideologisasi politik dan identitas pola pemerintahan
dari seorang Meurah Silue. Sentuhan Islam merubah cara pikir, perilaku dan kebijakan- kebijakan kenegaraan yang dijalankan olehnya. Melalui prinsip prinsip keislaman, ia membangun peradaban Pasai yang "baru". Ia mengimplementasikan isi ajaran Islam dalam tata laksana pemerintahannya. Isi ajaran Islam diwujudkannya dalam dasar-dasar memerintah, bentuk-bentuk pemerintahan dan hubungan antara
pemimpin dengan rakyatnya. Sistem pemerintahan ini diaplikasikan secara efektif dari tingkat pusat hingga kepada tingkat geuchik (desa), dan dalam tiap-tiap tingkatan pemerintahan telah terbentuk tuha peut, yang merupakan suatu struktur pemerintahan dalam kondisi berjaya. Sistem pemerintahan ini memiliki ciri khusus, yaitu pemisahan institusi militer dan institusi sipil, walaupun masih tetap dalam kendali sultan secara mutlak sebagai kepala negara. Ini adalah suatu keberhasilan yang luar biasa, karena transformasi sistem pemerintahan secara menyeluruh menjadi berbasis ajaran Islam bukanlah suatu hal yang mudah. Diperlukan tekad yang kuat serta usaha yang konsisten untuk mewujudkannya.
Tekad dan usaha yang kuat dari Sultan Malik As Saleh menjadi inspirasi terciptanya Lima Pilar Kemalikussalehan. Lima Pilar Kemalikussalehan adalah kumpulan sifat teladan dari Sultan Malik As Saleh yang menjadi prinsip dalam setiap tingkah laku seorang mahasiswa. Lima Pilar tersebut adalah
1. Religius
2. Akademis
3. Transformatif
4. Berwawasan Global
5. Cinta Damai
Untuk meneladani Sultan Malik As Saleh, kita perlu mengimplementasikan Lima Pilar Kemalikussalehan tersebut dalam kehidupan sehari hari. Contoh implementasi Lima Pilar Kemalikussalehan adalah pada studi kasus berikut : Kunjungan ke Museum Samudra Pasai dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa. Tentu kita akan bertanya, mengapa kunjungan ke Museum Samudra Pasai berkaitan dengan Lima Pilar Kemalikussalehan?. Hal ini disebabkan karena kunjungan ke museum akan manambah wawasan sejarah kita. Disana kita akan diperlihatkan bagaimana awal mula Islam masuk ke Samudra Pasai, bagaimana Para Sultan Samudra Pasai menjalan pemerintahan dengan basis Islam, serta bagaimana hubungan Samudra Pasai dengan orang orang luar negeri yang datang kesana. Ini adalah implementasi 2 pilar sekaligus, yaitu religius karena akan menjadi motivasi agar semangat dalam menjalankan agama dan Akademis karena akan meningkatkan pengetahuan dan wawasan sejarah.