Teknologi sangat penting dalam mengembangkan arus distribusi, konsumsi, dan produksi infromasi. Ketika teknologi membantu mengubah cara komunikasi yang dibatasi ruang dan waktu menjadi cara komunikasi informasi tanpa batas, peran teknologi sangat penting dalam proses massifikasi informasi. Karena itu, hadirnya media baru memberi masyarakat opsi untuk mencari dan memanfaatkan sumber informasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Jurnalisme telah mengalami transformasi besar sejak munculnya internet dan teknologi digital. Jurnalisme digital sekarang menjadi salah satu cara utama untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat. Fenomena ini juga terjadi di banyak tempat di Indonesia, termasuk Ternate, yang memiliki budaya lokal yang tak ternilai. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah jurnalisme digital dapat membantu mempertahankan budaya lokal atau justru menghancurkan tradisi?
Masyarakat Ternate, seperti di banyak tempat lain, semakin bergantung pada teknologi digital untuk mendapatkan data. Banyak orang, termasuk generasi muda, menggunakan media sosial, blog, dan platform berbasis video seperti YouTube untuk mendapatkan berita. Ini menghalangi jurnalisme tradisional yang lebih lambat untuk menyebarkan berita.
Dengan bantuan teknologi digital, informasi dapat dibagikan dengan cepat dan menjangkau audiens yang lebih luas. Hal ini merupakan peluang besar dalam hal pelestarian budaya. Melalui platform digital, cerita rakyat, tradisi lokal, dan prinsip-prinsip lokal dicatat dan dibagikan. Misalnya, video yang mendokumentasikan upacara adat Ternate telah diunggah ke media sosial, membuatnya dikenal oleh masyarakat lokal dan bahkan orang di seluruh negara.
Selain itu, sejumlah media di Ternate terus menggunakan bahasa daerah saat berkomunikasi, terutama program radio komunitas atau media lokal yang ditujukan untuk masyarakat setempat. Penggunaan bahasa daerah ini menjadi salah satu cara penting untuk menjaga identitas budaya sekaligus memperkuat keterhubungan dengan audiens lokal. Namun, ketika platform online mengutamakan konten berbahasa Indonesia atau inggris untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Akibatnya, keberlanjutan penggunaan bahasa daerah dalam media menghadapi ancaman dari modernisasi digital.
Media lokal Ternate sangat penting untuk mempertahankan bahasa daerah, terutama melalui platform media komunitas yang berbicara Bahasa Ternate. Beberapa media terus menggunakan bahasa daerah utnuk menjangkau audiens lokal, mempertahankan hubungan budaya, dan mendekatkan diri dengan masyarakat setempat. Ini terlihat dari upaya kesultanan Maluku Utara untuk melestarikan bahasa lokal, yang sering digunakan dalam kegiatan resmi mereka.
Tetapi ada bahaya yang tidak dapat diabaikan. Untuk menarik perhatian audiens digital, informasi sering disederhanakan atau bahkan didramatisasi. Oleh karena itu, kredibilitas dan kedalaman cerita budaya tersebut dapat dipertanyakan. Meskipun cepat dan luas, jurnalisme digital seringkali mengorbankan kualitas dan akurasi informasi untuk kecepatan dan sensasi.
Meskipun jurnalisme digital memiliki banyak potensi, pelestarian budaya lokal Ternate juga menghadapi banyak tantangan. Salah satunya adalah kekurangan tenaga kerja dan teknologi. Tidak semua jurnalis lokal memiliki akses ke perangkat digital canggih atau pelatihan yang cukup untuk membuat konten berkualitas tinggi. Selain itu, literasi digital bagi penduduk Ternate masih sulit, terutama bagi generasi tua yang lebih terbiasa dengan media tradisional.
Perlombaan dengan konten yang tersebar di seluruh dunia merupakan masalah tambahan. Budaya pop global yang lebih menarik perhatian generasi muda sering mendominasi platform digital. Cerita lokal yang mendalam dan sarat nilai tradisional mungkin tidak dapat bersaing dengan konten viral yang lebih ringan dan menyenangkan. Ini menimbulkan kemungkinan bahwa generasi berikutnya di Ternate tidak akan memperhatikan warisan budaya mereka sendiri.
Jurnalisme digital juga menghadapi masalah etika. Jurnalis sering dihadapkan pada dilema antara mempertahankan tradisi dan menghormati keaslian atau privasi budaya saat mendokumentasikan budaya lokal. Misalnya, tradisi lokal Ternate tertentu mungkin dianggap sakral dan tidak seharusnya diberitahukan secara luas. Untuk menghasilkan konten yang menarik dalam konteks ini, jurnalis harus berhati-hati agar tidak melanggar norma budaya lokal.
Media lokal Ternate memiliki banyak potensi, tetapi jurnalisme digital dan pelestarian budaya adalah masalah besar. Salah satu masalah utama adalah kekurangan sumber daya manusia dan teknologi. Banyak media loka masih bergantung pada jurnalis yang tidak terlatih dan tidak memiliki alat yang cukup untuk membuat konten digital yang kompetitif.