Lihat ke Halaman Asli

Rizma Faranisa

Mahasiswa aktif Sosiologi UTM

Pelestarian Budaya Permainan Tradisional Melalui Program "Tinggalkan Gadget, Mari Bermain Bersamaku" pada Anak PAUD Desa Kwanyar Barat

Diperbarui: 7 Juli 2022   14:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Permainan tradisional merupakan suatu hasil budaya dari masyarakat yang telah tumbuh dan hidup hingga sekarang, permainan tradisional merupakan permainan peninggalan nenek moyang yang dilakukan dengan suka rela dimana permainan tersebut dimainkan menggunakan bahasa maupun ciri khas dari daerah tertentu yang harus dilestarikan guna memperkokoh jati diri bangsa. Permainan tradisional menjadikan orang bersifat terampil, ulet, cekatan, tangkas, dan lain sebagainya serta memiliki manfaat bagi anak.

PAUD merupakan masa emas dalam pembentukan dan perkembangan sel otak pada anak sebagai pusat kecerdasan. Perkembangan otak anak di usia dini telah mencapai delapan puluh persen dari otak orang dewasa. Pembentukan tersebut dapat dilakukan melalui pendidikan karena pendidikan merupakan sarana penting untuk membangun karakter yang hendaknya dilakukan sedari dini.

Generasi yang lahir pada tahun 2010-an merupakan generasi yang langsung berhadapan dengan teknologi canggih dan modern. Hal yang banyak terlihat dari munculnya teknologi canggih dan modern yakni orang tua memberikan permainan dari gadget yang terlihat lebih memudahkan daripada orang tua harus mengajak anak-anak bermain permainan tradisional.

Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Trunojoyo Madura yang dibimbing oleh Bapak Hamzah Fansuri, S.ST., M.T memperkenalkan permainan tradisional kepada Anak-anak PAUD yang ada di Desa Kwanyar Barat pada tanggal 04 Juni 2022. Adapun tujuan dari kegiatan ini agar anak-anak dapat mengenal permainan tradisional yang mempunyai segudang manfaat diantaranya anak-anak menjadi lebih kreatif, mengembangkan kecerdasan intelektual anak, kecerdasan logika anak, dan kecerdasan spiritual anak.

Pada saat tim pengabdian masyarakat mengenalkan permainan tradisional, anak-anak sangat antusias bermain permainan tradisional, mereka bermain dakon dan bola bekel dengan didampingi orang tua dan tim pengabdian masyarakat dari Universitas Trunojoyo Madura.

Mengajarkan anak bola bekel ini dimulai dari mencontohkan kepada anak-anak tentang tata cara bermainnya. Anak-anak PAUD Asoka semuanya terlihat sangat antusias karena memang bentuk dari bola bekel ini yang menarik bagi anak-anak. Setelah dicontohkan, mahasiswa memberikan kesempatan kepada murid untuk mencoba permainan ini dengan cara yang sederhana saja. Awal mulanya, anak-anak kesulitan menangkap bola yang melambung, tetapi anak bisa menguasainya secara perlahan. Hal ini merangsang anak untuk mampu menjadi tangkas dan tidak mudah menyerah.

Permainan kedua yang diajarkan adalah permainan dakon atau sering kali disebut juga dengan congklak. Dakon dalam hal ini adalah permainan tradisional yang menggunakan papan dakon dan biji dakon  sebagai media permainannya. Permainan ini juga menimbulkan antusias yang tinggi dikalangan anak-anak PAUD. Anak-anak awal mulanya sangat tertarik dengan permainan ini karena memiliki biji dakon yang sangat banyak. Anak-anak juga terlihat antusias dengan suara yang muncul ketika biji dakon jatuh pada papan dakon.

"Saya sangat senang sekali dengan kehadiran tim pengabdian masyarakat dari Universitas Trunojoyo Madura, dari mereka saya sangat berterimakasih atas materi yang diberikan tentang permainan tradisional, saya berharap nantinya anak-anak dapat melestarikan warisan budaya permainan tradisional ini" ucap Kepala PAUD Asoka

Program pengabdian masyarakat ini diawali dengan mengajak anak usia dini untuk mengenal siapa-siapa saja yang akan mengajaknya bermain. Dalam hal ini perlu dilakukan agar anak merasa nyaman untuk bermain bersama. Permainan tradisional yang dalam hal ini dipilih adalah bekel dan juga dakon. Anak-anak dalam kelas tersebut menunjukkan penerimaan  yang baik, dimana anak-anak tanggap dan responsif ketika diajak untuk memperkenalkan diri dan mampu mendengarkan pengajar dengan baik.

Program ini diharapkan dapat diteruskan di PAUD tersebut yang mana dilaksanakan oleh  guru PAUD sehingga dengan demikian anak bisa terus menerus menerapkan permainan tradisional ini. Permainan tradisional bekel dan dakon dalam hal ini juga bisa menjadi sarana untuk menanamkan karakter dan juga kemampuan anak secara motorik mengingat bahwa usia dini merupakan usia yang tepat untuk mengembangkan minat dan bakat anak.

Harapan lainnya dengan pengenalan permainan tradisional ini juga mampu membuat anak tertarik untuk memainkan permainan ini kembali setelah program berakhir. Sehingga, ada dampak jangka panjang yang diharapkan ketika permainan ini diterapkan. Dengan begitu, anak tidak akan hanya berfokus memainkan gadget yang saat ini tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Anak juga akan mengenal bahwa permainan tradisional baik dakon dan bekel merupakan permainan asli dari Indonesia yang perlu dilestarikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline