Lihat ke Halaman Asli

Rizky Yusuf Raditya

Pelajar Sekolah - Siswa SMA

Reaktor Nuklir: Solusi Krisis Listrik Indonesia atau Bom Waktu?

Diperbarui: 28 April 2024   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia, sebagai sebuah negara berkembang dengan jumlah penduduk yang signifikan di dunia, terus mengalami peningkatan konsumsi listrik setiap tahunnya. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan akan barang-barang elektronik dalam era digital saat ini.

Sebagian besar listrik di Indonesia dihasilkan dari sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, seperti batubara dan tenaga diesel  yang menyebabkan negara ini menjadi salah satu penyumbang polusi terbesar di dunia. Selain itu, ketergantungan Indonesia pada pembangkit listrik berbasis sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui semakin memperburuk situasi ini. 

Masalah ini sesungguhnya dapat diatasi dengan meningkatkan penggunaan pembangkit listrik yang menggunakan sumber energi terbarukan, seperti reaktor nuklir. Namun, banyak masyarakat yang menentang penggunaan reaktor nuklir sebagai sumber energi alternatif di Indonesia. 

Padahal, penggunaan reaktor nuklir dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam yang tidak terbarui serta mengurangi polusi udara di Indonesia secara signifikan.

Salah satu penyebab dari timbulnya masalah ini adalah karena banyak dari masyarakat Indonesia yang telah terpapar dengan pandangan negatif terhadap reaktor nuklir. 

Banyak orang yang percaya bahwa reaktor nuklir adalah sesuatu yang menakutkan dan berbahaya bagi manusia, padahal hal ini tidak sepenuhnya benar. Salah satu kekhawatiran utama masyarakat adalah potensi terjadinya kecelakaan seperti yang terjadi di kota Chernobyl.

Namun, kemungkinan kecelakaan serupa di masa depan sangat kecil. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa tipe reaktor nuklir yang digunakan di Chernobyl, yaitu jenis RBMK (Reaktor Bolshoy Moshchnosty Kanalny) sudah sangat jarang digunakan saat ini dan memiliki desain yang ketinggalan zaman. 

Menurut laporan dari https://world-nuclear.org, hanya ada 8 reaktor RBMK yang masih aktif beroperasi. Kecelakaan di Chernobyl juga disebabkan oleh cacat desain pada reaktor RBMK itu sendiri, di mana tombol (AZ-5) yang seharusnya mematikan reaktor malah berfungsi sebagai pemicu ledakan karena kesalahan desain reaktor tersebut.

Sebagian besar reaktor nuklir yang digunakan saat ini adalah tipe yang menggunakan air sebagai moderator, seperti PWR (Pressurized Water Reactor) dan BWR (Boiling Water Reactor). Tipe-tipe ini memiliki tingkat keamanan yang jauh lebih baik dan risiko kecelakaan yang sangat rendah dibandingkan dengan RBMK yang masih memanfaatkan grafit sebagai moderator nya. Oleh karena itu, kekhawatiran masyarakat terhadap reaktor nuklir sebagian besar tidak berdasar pada kenyataan yang ada saat ini.

Jika masyarakat Indonesia terus menentang pembangunan reaktor nuklir sebagai pembangkit listrik, maka beberapa konsekuensi akan muncul. Salah satunya adalah Indonesia akan terus menjadi penyumbang polusi global, yang bertentangan dengan visi Indonesia Emas 2045 di mana negara ini diharapkan menjadi negara adidaya. Bagaimana mungkin Indonesia menjadi negara adidaya jika pembangkit listriknya masih didominasi oleh energi tidak terbarukan?

Kalaupun pembangkit listrik yang digunakan berasal dari sumber energi terbarukan lainnya seperti air, angin, dan lainnya. Energi yang dihasilkan mungkin tidak akan mencukupi untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat di Indonesia. Hal ini akan mengakibatkan ketidakstabilan pasokan listrik dan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi serta kualitas hidup masyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline