Lihat ke Halaman Asli

4 Photograper "Gila" Bang-bang Club

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Pada tahun 1994 di Africa terjadi peperangan antara supporter Nelson Mandela dengan Inkatha yang lebih dikenal dengan nama zulu. Saat terjadi peperangan tersebut ada empat Photograper "gila" dalam arti "berani" terjun ke dalam peperangan tersebut, karena ditugaskan oleh lembaga media cetak jurnalistik "The Star" Amerika. Bahkan propesi mereka sebagai photograper diakui oleh dunia karena poto-poto mereka  yang luar biasa dan banyak orang yang angkat bicara mengenai hasil poto-potonya. Salah satu diantara mereka mendapatkan "Pulitzer" karena hasil poto mereka yang luar biasa dapat mengangkat rasa simpati publik terhadap gambar pada poto tersebut.

Kehidupan mereka seperti para pahlawan yang berjuang di medan peperangan, namun yang membedakan mereka tidak bersenjata yang dapat mematikan, senjata mereka hanya sebuah kamera yang dapat mengambil kemudian menyimpan peristiwa peperangan tersebut dan dikenang oleh dunia layaknya seorang pahlawan yang gugur di medan perang.

Nasib baik tidak selalu berpihak, nasib buruk menghampiri ke empat orang photograper "gila" itu. Dua diantaranya terkena tembakan dari salah satu pihak yang sedang melakukan tembak-menembak sehingga salah satu peluru bersarang tepat di dada photograper "gila" itu. Pada saat itu juga dua photograper "gila" itu dilarikan ke Rumah Sakit. Pada akhirnya takdir telah berkehendak lain dua photograper tersebut hanya satu yang dapat terselamatkan, yang satunya sudah terpanggil oleh yang maha kuasa untuk lebih cepat meninggalkan ketiga rekannya yang sama-sama berjuang dalam mengambil poto-poto saat peperangan tersebut.

Alkisah ketiga photograper tersebut memilih berhenti dan pulang ke Amerika untuk memulai kehidupan yang lebih bisa menyelamatkan dan membahagiakan hidupnya. Namun dari ketiga photograper yang masih hidup itu salah satunya terganggu kejiwaannya oleh peristiwa sehari-hari yang dia rasakan dengan melihat peperangan, kekerasan, kematian, dll. "Kau lebih beruntung pergi duluan dari sini, sehingga kau tidak perlu merasakan sakit dalam keadaan sadar", begitu ucapannya sebelum dia lebih memilih pergi dan meninggalkan kedua rekannya di Amerika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline