Lihat ke Halaman Asli

Fragmen Pagi II

Diperbarui: 25 Juni 2015   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Untuk : Puput Dwi Waryanti

butiran embun merembas di padang subur dadaku
halimun mengiris sepi di tubuh subuh
doa-doaku terselip dalam geliat rekah fajar
di ufuk, perseteruan gelap dan cahaya ialah penanda hari:
sebelum terbentangnya surga
sebelum terbujurnya cinta
tepat di hari-hari kita

bukalah pintu-pintu fajar itu
dengan lehermu yang jenjang bercahaya
sementara jendela-jendelanya, izinkan kubuka dengan desau angin
sambil kuterbangkan seribu puisi darisana
menuju kota-kota yang remang cahaya, yang begitu pucat
dengan menara serta gedung-gedung tua
dipenuhi debu-debu rindu dan puing-puing airmata

embun telah memekarkan bening kelopaknya
sedang rinduku masih menguncup, di sela-sela batang nafasmu
yang senantiasa bergerak, mengeraskan usia
mengeraskan ketabahanku yang piatu

kekasihku
suatu hari, ketika dadaku teramat debar serta bergemuruh
menahan rindu yang papa oleh rekah senyummu
izinkan aku bangun mendahului matahari
dan mengecup keningmu
untuk pertama kali

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline