Lihat ke Halaman Asli

Pencitraan

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_127291" align="aligncenter" width="593" caption="pict from google.com"][/caption] Untuk : Puput Dwi Waryanti Jikalau engkau melihat tubuhku tumbuh khuldi petik saja, dan janganlah takut dosa sebab begitulah aku mencintaimu; sebagai buah yang tak pernah kau anggap suci sebagai manusia yang bermandikan dusta pengkhianat manis mengatasnamakan rindu sebagai Tuhan Penggal saja kepalaku jika engkau mau lalu serahkan pada kesunyian malam yang seringkali memenjarakanku dengan binar matamu, rekah bibirmu, kelembutan suaramu atau pasung saja aku dibawah pohon gaharu tempat biasa engkau berteduh kala matahari terik bergelayut manja di tubuh surgamu Ketahuilah, kekasih aku tak mampu mencairkan pelukan dengan beberapa butir ketabahan cukuplah engkau sebagai ritual suci mengekalkan ciuman maka apabila kegelapan muncul lebih awal sebelum bercerita kepada malam tiang-tiang waktu tak kuat lagi menahan kesedihan dan airmata menjelma ribuan kupu-kupu cahaya tibalah saatnya ingin aku berbisik padamu bahwa; "aku mencintaimu melebihi cinta Adam kepada Hawa"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline