Lihat ke Halaman Asli

Rizky

samudra

Dinamika Komitmen dan Job Satisfaction

Diperbarui: 14 Oktober 2021   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Komitmen disini bukan berarti dunia percintaan dan komitmen dalam pernikahan, tapi ini komitmen bagaimana seseorang itu konsisten terhadap pekerjaan maupun kewajiban yang lainnya. 

Komitmen bisa juga diartikan sebuah bentuk psikologi keter-ikatan emosi bagaimana mereka melibatkan diri mereka sendiri bahwa dalam bekerja di sebuah perusahaan bukan hanya sebuah kewajiban, "kalau saya bekerja disini memang kita harus melakukan yang terbaik dong" Bukan mengarah ke situ maksudnya, tetapi bentuk keter-ikatan disini yaitu keter-ikatan emosi. 

Bukankah pada usia dewasa ini kita harus bekerja? Bukankah kita sebagai lelaki harus bekerja? Bukan keter-ikatan itu yang dimaksud, tetapi keter-ikatan disini yaitu keter-ikatan dalam perusahaannya, organisasi-nya, rekan kerja, tujuannya, dan lain-lain.

Kenapa harus kerja?

Mungkin disini kita bertanya kepada diri kita sendiri mengapa kita harus kerja? Pertama adanya kebutuhan ekonomi. Tentunya kebutuhan ekonomi ini adalah kebutuhan dasar pada kehidupan kita semuanya, bagaimanapun untuk bertahan hidup atau survive kita harus melakukan kegiatan. 

Dalam konteks ini yang menarik yaitu bagaimana seseorang itu ada yang memang hanya ada di tahap " Alhamdulillah, saya bisa makan aja sudah bersyukur" atau dia bekerja hanya sekedar bisa memenuhi kebutuhan pokok saja dan tidak memiliki  keinginan yang tinggi, cukup bisa bertahan hidup saja. Kedua bekerja formal untuk upgrade skill. Kita disini bisa melihat beberapa orang saat ditanya " kenapa kamu kerja disini?" 

Dia menjawab, " saya disini bekerja hanya untuk mencari pengalaman aja pak". Mungkin secara passion orang ini tidak terlalu menuntut materi. Mungkin ada juga beberapa orang memang dari keluarga yang ekonomi-nya di atas rata-rata sehingga tipikal orang yang bekerja seperti itu dia hanya untuk upgrade skill dan untuk mengetahui bagaimana susahnya kerja, lalu ada juga yang bekerja hanya untuk mengejar sebuah sertifikat untuk bisa mencari perusahaan yang Goal nya lebih besar.

 Ketiga kebanggaan bekerja di perusahaan bonafit. Bagaimana pun banyak dari seseorang mempunyai kebanggaan ketika rekan-rekannya atau juga keluarganya di kampung halaman mengetahui kalau orang itu bekerja misalnya di perusahaan A yang dikenal perusahaan BUMN yang besar dengan gaji yang tinggi, ada tunjangan kerja yang besar, yang mengarah motif nya ke situ walaupun mungkin sebenarnya keluarga orang itu ekonomi-nya bagus akan tetapi yang dicari adalah sebuah proud atau kebanggaan dalam bekerja disitu.

 Keempat meng-upgrade gaya hidup. Disini motivasi seseorang dalam bekerja bisa jadi ingin berkomitmen untuk meningkatkan kualitas hidup bahkan mereka rela bekerja pagi siang sore malam dan mencari perusahaan yang berani memberi gaji yang tinggi demi bisa memiliki sebuah keinginan yang di impi-kan selama ini contohnya, dalam membeli handphone baru dan barang-barang lainnya untuk bisa meningkatkan gaya hidup orang itu sehingga betapa pentingnya bagi dia dalam membuat pen citraan dalam hal materi.

Kelima cari jodoh atau diminta calon mertua untuk bekerja. Pada hal ini sangatlah nomatif mungkin ada beberapa mertua tahu khususnya ke laki-laki bahwasanya laki-laki itu punya kerjaan dan penghasilan tapi tidak kerja di kantor, apakah dia punya bisnis online atau pun memiliki keterampilan yang lain. 

Tapi karena kebanyakan mertua memandang image kerja kantor itu bagus untuk calon mertua akhirnya laki-laki itu memutuskan untuk melamar kerja di kantor. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline