Lihat ke Halaman Asli

Optimalisasi Peran Pemerintah dalam Pembiayaan Proyek KRL Surabaya

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada 2015 kemacetan Surabaya diprediksi bakal makin parah bahkan bisa saja lalulintas berhenti. Salah satu upaya Pemkot Surabaya dalam mengatasi kemacetan adalah berupaya merealisasi proyek Kereta Rel Listrik (KRL). Karena itu, gagasan Kereta Monorel Elevated. Namun pembangunan KRL di Surabaya ini masih tertunda. Proyek yang bekerjasama dengan Pemerintah Prancis itu seharusnya dimulai tahun 2009 ini. Namun karena belum ada keputusan dari pemerintah pusat maka proyek itu tak bisa dilakukan. yang mengadopsi hasil penelitian Societe Nationale des Chemins de Fer (SNCF), atau PT KA-nya Prancis, perjalanan ke berbagai rute yang dilalui, seperti dari Surabaya ke Bandara Juanda atau sebaliknya, bisa dipersingkat. Bahkan, SNCF berani memprediksi bahwa penumpang KRL Surabaya akan mencapai 50.000 orang/hari.

Berdasarkan hasil kajian analisa Feasibility Study proyek pembangunan KRL didapatkan nilai BCR paling tinggi adalah 1,136 yang berlaku untuk investasi jenis angkutan KRL dengan jalur melayang dengan sistem tiket flat seharga Rp. 10.000, masa investasi selama 40 tahun, asumsi kenaikan harga 20% tiap 5 tahun, payback period positif mulai tahun ke 9 selama investasi. Keuntungan pada tahun ke 40 sebesar Rp. 41.512.089,81, merupakan keuntungan yang sangat kecil dibanding pengeluaran tiap tahun sehingga hampir tidak memungkinkan adanya investor yang bersedia melakukan investasi tanpa bantuan pemerintah. Harga tiket Rp. 10.000 masih dirasakan terlalu mahal apabila dibandingkan dengan angkutan umum yang lain.

Berdasarkan rencana, Kereta Monorail Elevated akan menggunakan jalur rel yang akan dibangun sepanjang 22 kilometer tepat di atas perlintasan jalur rel yang menghubungkan Stasiun Sidotopo ke arah Stasiun Gubeng, Wonokromo, Waru, Sedati dan berbelok ke arah Juanda.

Menurut Bambang DH dana yang bakal terserap untuk proyek ini diperkirakan menelan dana sekitar Rp 1 triliun. Sebelumnya investor swasta asing dari Cina telah bersedia untuk menjalin kerjasama dalam pembangunan proyek KRL ini. Namun, sampai sekarang pembiayaan proyek KRL ini masih belum ada ketidakjelasan.

Dengan ketidakjelasan pembiayaan pada pembangunan KRL ini maka perlu adanya skenario pembiayaan yakni :

1. Skenario pertama adalah sharing biaya antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kota. Dengan anggaran sharing yang telah ditentukan, misalnya pemerintah pusat dan pemprov 80% dan pemkot 20%.

2.Jika dari skenario pertama gagal, maka skenario kedua adalah dengan skema joint venture yakni sharing dari pemerintah dan investor. Jika pemerintah tersendat dalam pembiayaan pembangunan maka sisa dana investai akan ditutupi oleh sharing pemerintah dan investor. Dengan sistem investasi,pemerintah menganggari pembebasan lahan, kontruksi dan pengadaan transportasi sedangkan investor pada operasional.

Dengan adanya skenario-skenario tersebut maka diharapkan pembangunan dan pengembangan KRL di Surabaya dapat berjalan dengan baik dan sesuai harapan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline