Lihat ke Halaman Asli

Rizky Rachmat

Digital Marketer

Kekerasan pada Anak: Luka yang Dalam Namun Tak Terlihat

Diperbarui: 27 September 2024   11:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

source: cnnindonesia.com

Kekerasan terhadap anak masih menjadi masalah serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Setiap hari, kita mendengar berita tentang anak-anak yang menjadi korban kekerasan baik fisik, emosional, maupun seksual. Laporan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat peningkatan jumlah kasus kekerasan terhadap anak setiap tahunnya. Misalnya, di tahun 2023, ribuan kasus kekerasan terhadap anak tercatat, yang melibatkan orang tua, guru, dan orang-orang yang seharusnya melindungi mereka. Ini mencerminkan betapa rentannya anak-anak terhadap ancaman di sekitar mereka. Kekerasan ini sering terjadi di lingkungan rumah, sekolah, hingga tempat bermain yang seharusnya menjadi tempat aman bagi mereka.

Banyak dari kasus ini tidak mendapatkan sorotan yang memadai. Padahal, dampak kekerasan terhadap anak dapat bersifat jangka panjang dan sangat merusak. Psikolog mengatakan bahwa anak-anak yang mengalami kekerasan lebih rentan menderita gangguan psikologis, seperti depresi, gangguan kecemasan, bahkan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder). Selain itu, kekerasan juga dapat berdampak pada perkembangan sosial dan akademis mereka. Anak-anak yang merasa tidak aman cenderung sulit berkonsentrasi dan berkembang secara optimal.

Mengapa Anak Tidak Boleh Diperlakukan Kasar

Perlakuan kasar terhadap anak bukan hanya melanggar hak asasi mereka, tetapi juga menciptakan luka emosional yang bisa bertahan seumur hidup. Dari segi psikologis, anak yang diperlakukan kasar sering merasa rendah diri, takut, bahkan marah. Mereka tumbuh dengan perasaan tidak dihargai dan tidak dicintai. Ini bisa berujung pada masalah perilaku, seperti agresivitas atau kecenderungan mengisolasi diri dari orang lain. Menurut sebuah penelitian di Journal of Interpersonal Violence, kekerasan pada masa kecil berhubungan erat dengan gangguan mental pada masa dewasa.

Secara agama, terutama dalam Islam, kekerasan terhadap anak sangat dilarang. Nabi Muhammad SAW mengajarkan pentingnya kelembutan dalam mendidik anak. Hadits dari Abu Hurairah menyebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "Barangsiapa tidak menyayangi, maka dia tidak akan disayangi." (HR. Bukhari). Kasih sayang dan perhatian menjadi inti dalam pengasuhan anak menurut Islam. Pandangan sosial juga sejalan dengan ini. Anak-anak yang diperlakukan dengan baik akan tumbuh menjadi individu yang berkontribusi positif bagi masyarakat.

Dampak Kekerasan terhadap Anak

Kekerasan terhadap anak memiliki dampak yang luas dan serius. Selain trauma psikologis, kekerasan fisik juga bisa menyebabkan cedera fisik yang parah atau bahkan kematian. Dalam jangka panjang, anak-anak yang mengalami kekerasan lebih mungkin mengalami masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, dan obesitas. Mereka juga memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku merusak diri sendiri, seperti penyalahgunaan narkoba atau alkohol. Selain itu, mereka sering mengalami kesulitan dalam membentuk hubungan yang sehat di masa dewasa.

Secara akademik, anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang penuh kekerasan sering kali mengalami kesulitan belajar. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi di sekolah, merasa tidak percaya diri, dan enggan berpartisipasi dalam kegiatan sosial. Semua ini menghambat perkembangan mereka dan mengurangi peluang mereka untuk meraih kesuksesan di masa depan.

Cara Mendidik Anak dengan Baik

Mendidik anak dengan kasih sayang dan pengertian adalah kunci untuk membangun generasi yang kuat dan sehat. Pendekatan pengasuhan yang positif, seperti memberi pujian atas prestasi mereka, mendengarkan keluhan mereka, dan memberikan nasihat yang bijaksana tanpa kekerasan fisik, bisa membangun kepercayaan diri dan rasa aman pada anak. Orang tua juga perlu memahami bahwa disiplin tidak harus dilakukan dengan kekerasan. Hukuman fisik sering kali hanya memperburuk situasi dan membuat anak semakin takut atau memberontak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline