Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Rizki Hafianto Putra

mahasiswa program studi ekonomi syariah UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember

Kesenjangan di Tanah Abang: Pedagang Meminta Penutupan Shopee, Lazada, dan E-commerce Lainnya

Diperbarui: 18 Oktober 2023   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana di Pasar Tanah Abang ramai dikunjungi para calon pembeli, (Fathan/detikcom)

Tanah Abang adalah salah satu pusat perbelanjaan tradisional terbesar di Jakarta, Indonesia, yang dikenal dengan keramaian dan keberagaman produknya, mendapati dirinya sepi dalam beberapa tahun terakhir. Para pedagang yang berjualan di wilayah ini telah menghadapi tantangan besar, dan mereka semakin menyalahkan kehadiran e-commerce, terutama Shopee, Lazada, dan platform e-commerce lainnya, sebagai salah satu penyebab penurunan bisnis mereka.

Keramaian dan Keragaman di Tanah Abang:
Sebelum kita masuk ke dalam dampak e-commerce, mari kita mengingatkan diri kita sendiri mengenai apa yang membuat Tanah Abang begitu istimewa. Pusat perbelanjaan ini telah lama menjadi tujuan utama bagi pengunjung lokal dan turis, menawarkan beragam produk, mulai dari pakaian, aksesori, hingga barang elektronik. Pedagang dari berbagai daerah Indonesia berkumpul di sini untuk berjualan, menciptakan suasana yang sibuk dan semarak.

Dampak Penurunan Pengunjung, belakangan ini, Tanah Abang telah mengalami penurunan signifikan dalam jumlah pengunjung. Salah satu alasan utamanya adalah perubahan perilaku belanja masyarakat. Banyak orang lebih suka berbelanja secara online melalui platform e-commerce seperti Shopee, Lazada, Tokopedia, dan Bukalapak. Kemudahan berbelanja online, diskon yang besar, dan pengiriman cepat telah membuat e-commerce semakin diminati.

Permintaan Penutupan E-Commerce sekarang sudah mulai ada pro kontra dalam permasalan ini. Dimana dalam situasi ini, para pedagang di Tanah Abang merasa semakin tertekan. Mereka mengklaim bahwa e-commerce telah merampas sebagian besar pelanggan mereka. Banyak dari mereka bahkan telah meminta pemerintah untuk menutup sementara platform e-commerce, dengan alasan bahwa itu adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan keramaian ke Tanah Abang.

Namun, permintaan tersebut telah menimbulkan kontroversi. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa penutupan e-commerce adalah tindakan yang ekstrem dan bahwa mereka juga memainkan peran penting dalam ekonomi digital Indonesia. Selain itu, e-commerce telah memberikan peluang pekerjaan bagi banyak orang.

Solusi Alternatifnya adalah Sebagai alternatif, ada upaya untuk mengintegrasikan dunia fisik dan digital. Beberapa pedagang Tanah Abang telah mulai menjual produk mereka melalui platform e-commerce, sambil tetap menjaga toko fisik mereka. Selain itu, mereka juga berupaya meningkatkan pengalaman berbelanja dengan menawarkan promosi khusus, program loyalitas pelanggan, dan lebih banyak kegiatan bersosialisasi di Tanah Abang.

Kesimpulan:
Tanah Abang yang sepi adalah gambaran dari perubahan dramatis dalam cara orang berbelanja. E-commerce telah membawa banyak manfaat, namun juga menimbulkan tantangan besar bagi pedagang tradisional. Sementara permintaan penutupan e-commerce mungkin tampak ekstrem, penting untuk menemukan solusi yang dapat menggabungkan dunia fisik dan digital, memungkinkan pedagang untuk bersaing dan bertahan dalam era digital ini.

Pasar Tanah Abang (Trio/detikcom)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline