Lihat ke Halaman Asli

Peluang Karir di Era AI: Adaptasi atau Ingin Tertinggal?

Diperbarui: 10 Januari 2025   14:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi AI yang menjadi terobosan mutakhir di abad ini. (Sumber: Freepik/-)

Teknologi kecerdasan buatan atau AI masih saja menjadi topik hangat dalam berbagai diskusi, baik di lingkungan profesional, akademik, maupun sosial. Sebagai bagian dari revolusi teknologi, AI memengaruhi cara kita hidup, bekerja, bahkan berinteraksi. Di satu sisi, ia membuka peluang yang luar biasa. Namun di sisi lain, AI juga menghadirkan tantangan yang tidak bisa diabaikan.

Bayangkan dunia di mana sebagian besar pekerjaan rutin dilakukan oleh mesin. Pekerjaan yang dulunya memakan waktu berjam-jam, sekarang dapat diselesaikan dalam hitungan kedipan mata. Hal ini bukan sekadar teori. Berdasarkan laman Itjen Kemendikbud (2023), AI telah diterapkan di berbagai sektor untuk mengotomatisasi tugas-tugas repetitif dan meningkatkan efisiensi. Contohnya, chatbot canggih yang mampu menjawab ribuan pertanyaan pelanggan dalam waktu singkat, tanpa membutuhkan intervensi manusia.

Namun, realitas ini bukan tanpa konsekuensi. Banyak pekerjaan tradisional yang terancam oleh kehadiran AI. Mengutip dari studi yang dilakukan oleh Instiki (2023), pekerjaan administratif dan tugas manual yang tidak memerlukan kreativitas tinggi adalah yang paling rentan tergantikan. Fenomena ini memunculkan tanda tanya: bagaimana kita, sebagai manusia, dapat tetap relevan di tengah kemajuan teknologi yang begitu pesat nan masif ini?

Peluang Profesi Baru di Era AI

Salah satu jawabannya adalah dengan memahami peluang yang diciptakan oleh AI. Kalau kita menengok ke dunia teknologi, profesi seperti data scientist, pengembang AI, dan spesialis pembelajaran mesin kini menjadi primadona. Telkom University (2023) mencatat bahwa kebutuhan akan tenaga ahli di bidang ini meningkat pesat, seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengintegrasikan AI dalam operasional mereka. Tidak hanya itu, sektor kreatif juga mendapat angin segar dari teknologi ini. Dari desain grafis hingga pembuatan konten digital, AI mempermudah banyak proses, sehingga manusia dapat lebih fokus pada inovasi dan ide-ide baru.

Namun, peluang ini tidak datang tanpa tantangan. Tidak semua orang memiliki akses atau kemampuan untuk mengikuti perkembangan teknologi. Stekom (2023) menyoroti kesenjangan keterampilan sebagai salah satu hambatan utama. Banyak individu yang merasa tidak siap atau tidak memiliki pengetahuan yang sepadan atau memadai untuk memanfaatkan teknologi ini secara maksimal. Ketimpangan ini perlu diatasi agar manfaat AI dapat dirasakan secara merata.

Peran Pendidikan dalam Menyiapkan Talenta AI

Ilustrasi Pendidikan yang berperan dibalik layar  untuk menyiapkan talenta AI. (Sumber: Artificial Intellegent Center Indonesia)

Pendidikan memainkan peran penting dalam menyiapkan talenta yang siap bersaing di era AI. Kurikulum pendidikan juga perlu disesuaikan untuk memasukkan keterampilan yang relevan dengan perkembangan teknologi, seperti pemrograman, analisis data, dan kecerdasan buatan. Selain itu, program pelatihan ulang (reskilling) dan peningkatan keterampilan (upskilling) harus diakses lebih luas agar tenaga kerja yang ada tidak tertinggal.

Telkom University (2023) menekankan pentingnya pendidikan berbasis teknologi sejak dini. Sementara itu, sektor swasta juga dapat berperan dengan menyediakan program magang dan pelatihan khusus yang berfokus pada AI. Dengan kolaborasi yang baik antara institusi pendidikan, pemerintah, dan perusahaan, potensi AI dapat dioptimalkan untuk kemajuan bersama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline