Lihat ke Halaman Asli

Rizky Nouri Rahman

Mahasiswa Program Studi Geografi Universitas Lambung Mangkurat

Analisis Framing Text 10 Media Massa Terkait Bencana Banjir di Kota Pontianak Tahun 2023-2024

Diperbarui: 14 Oktober 2024   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tabel 1. Framing Teks 10 Media Massa Terkait Bencana Banjir di Kota Pontianak Tahun 2023-2024.Sumber : Hasil Olah Data Pribadi, 2024

Banjir yang melanda Kota Pontianak pada tahun 2023 hingga 2024 telah menjadi sorotan berbagai media. Dengan mengkaji sepuluh ringkasan berita yang berasal dari sumber yang berbeda, kita dapat melihat bagaimana framing media dalam memberitakan kejadian ini, terutama dalam hal penyebab, solusi, dan dampak banjir tersebut.

Tabel 1. Framing Teks 10 Media Massa Terkait Bencana Banjir di Kota Pontianak Tahun 2023-2024.Sumber : Hasil Olah Data Pribadi, 2024

1. Framing Penyebab Banjir

Sebagian besar berita menyoroti penyebab banjir sebagai akibat dari curah hujan ekstrem dan sistem drainase yang buruk. BMKG Kalbar pada berita di kalbarprov.bmkg.go.id (berita no. 1) menggambarkan banjir pada 27 Maret 2024 sebagai akibat dari hujan ekstrem dengan intensitas 154 mm/hari. Hal serupa juga disampaikan oleh antarafoto.com (berita no. 3) yang menyatakan bahwa hujan deras pada 8 Maret 2024 mengakibatkan genangan air di jalan-jalan utama.

Selain itu, faktor perubahan iklim juga diangkat oleh beberapa media seperti prokal.co (berita no. 2) yang menghubungkan banjir di Pontianak dengan dampak perubahan iklim global, menunjukkan bahwa banjir ini bukan hanya fenomena cuaca lokal, melainkan bagian dari masalah yang lebih besar. Beberapa media, seperti rri.co.id (berita no. 6), juga menyoroti masalah banjir rob, yang disebabkan oleh air pasang yang rutin terjadi setiap awal dan akhir tahun.

2. Framing Solusi dan Penanganan

Sebagian besar media tidak hanya berfokus pada penyebab, tetapi juga menawarkan pandangan mengenai solusi dan mitigasi yang diperlukan untuk mencegah banjir berulang. Misalnya, berita di prokal.co (no. 2) menekankan perlunya revisi masterplan drainase dan perluasan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai langkah antisipatif. Hal ini juga didukung oleh berita di kompas.id (no. 5), yang menekankan perlunya optimalisasi parit dan perbaikan ruang terbuka hijau untuk menangani genangan air di Pontianak.

Berita lain, seperti dari rri.co.id (no. 4), menekankan evaluasi sistem drainase yang tidak memadai, dan perlunya kerja sama antarwilayah dalam mitigasi risiko banjir. Ini menunjukkan bagaimana media tidak hanya memberikan laporan situasional, tetapi juga menyampaikan narasi tentang pentingnya tindakan preventif dan kolaborasi.

3. Framing Dampak Banjir

Dampak dari banjir, terutama pada infrastruktur dan aktivitas masyarakat, juga menjadi fokus utama pemberitaan. Beberapa media menggambarkan situasi yang cukup parah, seperti pada berita dari pontianakpost.jawapos.com (no. 7), yang melaporkan bahwa ratusan rumah dan infrastruktur terendam akibat banjir. Berita dari kumparan.com (no. 9) juga menekankan bagaimana banjir setinggi betis mengganggu arus lalu lintas di berbagai ruas jalan utama seperti Jalan Sultan Abdurrahman dan Gajah Mada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline