Lihat ke Halaman Asli

Resolusi Generasi Z di Tahun 2018

Diperbarui: 29 Desember 2017   10:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saya adalah salah satu diantara semua Generasi Z yang mempunyai sebuah resolusi di tahun 2018. Resolusi yang semestinya menjadi jawaban dari sebuah pertanyaan, "Untuk alasan apa kita dilahirkan?" Pertanyaan itu yang terkadang sering mengganggu saya untuk merenungi semunya. Apa yang sudah terjadi dan apa yang belum terjadi. Mimpi apa yang sudah terwujud dan mimpi apa yang belum terwujud.

Perenungan adalah sebuah refleksi diri, bagaimana kita sebagai Generasi Z memaknainya. Makna yang akan membawa kita kepada sebuah harapan dan impian yang sudah kita rangkai selama ini. Sudahkah kita mendekatinya? Sudahkah kita mencapainya? atau sudahkah kita mencoba untuk meraihnya? terkadang kita semua terlalu sibuk dengan urusan orang lain sehingga urusan kita sendiri terkadang terbengkalai dan tersingkirkan. Dimana ada waktu untuk mengejarnya, kita sudah lelah dengan semua urusan yang telah kita seleseikan.

Terkadang saya sering merenung dengan ditemani oleh kayu Putih Aroma. Sejujurnya, sejak kecil saya sudah kecanduan dengan kayu putih ini. Seperti sebuah rokok yang harus ada. Bagi saya Kayu putih harus ada dalam saku atau genggaman. Apalagi, sekarang sudah muncul banyak sekali varian aroma yang mampu membuat hati ini menjadi tenang. Kayu Putih Aroma bagaikan seorang kekasih yang tidak akan pernah lupa dan tidak akan pernah ketinggalan. Biasanya kalau saya lupa atau hilang saat itu juga saya akan membelinya terkesan berlebihan memang tetapi, seperti itulah kenyataannya sampai-sampai banyak orang yang geleng-geleng dengan tingkah saya tersebut.

Saat ini telah banyak resolusi yang mungkin tidak tercapai di 2017 akan coba kembali di kejar di tahun 2018. Resolusi yang bisa membawa kita semua menuju arah yang baik. Hanya saja kita seperti mengulangi kesalahan yang sama tanpa disadari. Sebuah kesalahan yang selalu di pupuk setiap saat dan setiap waktu. Kesalahan kecil yang seharusnya tidak harus terjadi tetapi, tanpa disadari terjadi begitu saja hingga sebuah penyesalan kembali datang.

Mencapai sebuah resolusi yang sudah dibuat memang tidak mudah, sekecil apa pun resolusinya terkadang terhalang oleh rasa yag tidak bisa dijelaskan. Apalagi sekarang zaman serba mudah dan instan. Perjuangan pun seakan dikesampingkan dan memilih sebuah jalan pintas yang mudah dan cepat. Hingga mereka tumbuh tanpa bimbingan seorang guru. Karena, guru yang baik adalah sebuah pengalaman. Resolusi pun menjadi satu hal yang sia-sia.

Seperti halnya diri saya yang selalu mempunyai resolusi dan seingnya resolusi itu hanya menjadi sebuah resolusi semata. Terkadang rasa malas, lelah dan letih yang mengiri sebuah perjuangan untuk mencapai sebuah resolusi terasa begitu perkasa. Akhirnya, harus menyerah dan bertekuk lutut dengan sendirinya. Tetapi, ada pula orang-orang yang benar-benar menekuni resolusi itu dengan baik. Karena, resolusi itu bukan hanya sebuah resolusi semata melainkan, sebuah pencapaian yang harus diraih seseorang dalam kehidupannya. Resolusi juga bisa diartikan sebuah tangga kesuksesan atau sebuah level yang harus dicapai oleh seorang pemain agar mempunyai kekuatan yang lebih besar dan lebih baik agar bisa mengalahkan musuh-musuhnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline