Lihat ke Halaman Asli

Secangkir Kopi

Diperbarui: 19 Desember 2017   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

1.

Secangkir kopi. Aku semakin tak terkendali untuk selalu menikmatimu. Aromamu begitu menenangkan jiwaku yang sedang bergejolak hebat. Entah, mantra apa yang diberikan kepadaku, sehingga aku benar-benar tergila-gila kepadamu. Kau benar-benar merubah hidupku yang gelap menjadi berwarna. Seperti rasa yang kau ciptakan, yang awalnya pahit menjadi manis.

Sekarang aku tak takut lagi dalam menghadapi badai yang datang kepadaku. Aku tak takut jika aku harus berdiri sendiri disini. Karena aku tahu, kau tak akan pernah meninggalkanku, secangkir kopi. Kau akan panggil mereka untuk menemaniku dan memberikan jalan keluar dari setiap kebimbanganku. Seperti halnya yang selalu kau lakukan kepadaku.

Aku berterima kasih kepada Rafael yang telah mengenalkanmu kepadaku. Kita bersahabat baik, setelah aku membuang secangkir kopi yang dia buatkan untukku. Kita menjadi akrab, karena dia dengan penuh kesabaran membuatkanku lagi dan lagi, kali ini aku tak menolaknya.

Secangkir kopi. Kau kembali menyelamatkanku dari keterasingan. Aku yang seperti terbuang, merasa bangkit kembali dengan keramahan para penduduk desa. Mereka berbaur menjadi satu, tanpa mengenal kasta, tanpa mengenal harta, itu semua karena kau secangkir kopi.

Aku benar-benar merasakan keakraban, kerukunan, dan kebersamaan layaknya sebuah keluarga. Canda tawa mereka, pembicaraan mereka, dan kehangatan mereka benar-benar aku rasakan. Aku merasa nyaman dengan penduduk disini. Sepertinya, aku tidak perlu lagi mencari tempat persinggahan lagi.

Meminummu adalah rutinitas wajib bagi mereka di malam hari. Kau menyatukan kami untuk selalu datang, menikmatimu sembari berkumpul bersama. Tak ada satu orang pun yang absen setiap malamnya. Seperti sebuah ritual wajib yang harus dilakukan, seperti itulah aku bisa memperkirakan.

Bila salah satu dari kami tak datang, mereka selalu mempertanyakan. Tak jarang mereka datang kerumah dan mengajakku untuk berkumpul bersama, menikmati secangkir kopi yang memang terasa nikmat. Bila itu sudah terjadi, aku merasa terharu. Karena, aku adalah pendatang baru disini, tetapi mereka seperti menganggapku telah lama tinggal disini.

"Bagaimana kabarmu di sana kawan?" tanya Rafael yang sengaja menelponku malam-malam.

"Aku baik-baik saja, bagaimana kabarmu di sana?" tanyaku kembali.

"Aku juga baik-baik saja, bagaimana kau masih minum secangkir kopi?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline