Lihat ke Halaman Asli

Lines

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan ini sekarang sudah besar,bukan lagi anak anak yang bingung memilih gadis mana yang harus dia jadikan pacar idaman.Dia sudah dewasa,bukan saatnya lagi untuk dia bermain main dengan perasaan,merayu, atau segalanya yang berbau kekanak kanakan.Saat ini,sekarang dia sudah mendapatkan gadis yang insyaAllah menyayanginya,mungkin anda heran kenapa bukan kata 'TEPAT' yang saya gunakan setalah kata insyaAllah.Saya rasa bila pembaca mengerti arti kata "lines" anda mungkin tau apa jawabannya.

"Lines" bisa di artikan bahasa halus dari lesbi.Dan andapun akan mengerti kenapa saya tidak menggunakan kata 'tepat' di paragraf pertama,anda pasti tau bahwa gadis itu bukan pasangannya yang tepat untuknya,bukan karena perasaan dari salah satu di antara mereka,tapi karena tidak ada sedikit pun senyum Tuhan untuk hubungan mereka.

Anda ataupun saya sekalipun yang mungkin normal pasti selalu berpikir apa sih yang sebenarnya ada dalam pikiran orang orang 'transegender' (kelainan seksual),kadang sebagian orangberpikir  bahwa satu faktor penyebabnya karena mereka orang yang trauma dengan kehidupan mereka sebelumnya atau juga karena faktor psikologi bahkan ada juga yang berpikir mereka begitu karena mereka haus akan seks.Perlu anda tau apa yang perempuan  ini alami,apa yang ia lakukan dan apa yang dia habiskan di setiap malam malamnya.

Perempuan ini selalu menghabiskan malam malamnya dengan merenung,bukan merenung bagaimana dia bisa melampiaskan hasratnya,tapi taukah anda dalam setiap malamnya dia merenung dan bertanya pada Tuhannya,

" ya Allah bagimana bisa aku mengalami mimpi basah yang tak seharusnya di alami wanita sepertiku?  ya Allah bagaimana bisa aku rasa deg deg'an ketika berada di dekat dia si sesama jenisku? ya Allah kenapa kau ijinkan dia membalas perasaanku?  tak ku habiskan waktuku untuk mengoleksi banyak wanita di sisiku,akupun sama sepeti yang lainnya ingin punya kehidupan, punya keluarga kecil yang kubangun sendiri? tapi bagaimana,bagaimana aku bilang ke ayah ibunya?bagaimana aku bisa melamarnya? Tak akan mungkin aku bisa memberinya keturunan,tak akan pernah sekalipun aku merasakan keresahan dimana aku menunggu istriku melahirkan anakku,mengusap dahinya,menggenggam tangannya? bagaimana bisa aku memanggilnya bunda,bagaimana bisa dia memangggilku 'mas' ?tinggal di bawah satu atap yang sama? bagaimana  bisa aku  merasakannya kecupan di setiap pagi aku membuka mata dari tidurku? Tuhan... kenapa kau beri rasa dan cinta ini yang begitu indah,kenapa kau beri semua yang indah indah ini untukku bila sedikitpun  tak kau ijinkan aku untuk memilikinya ? " .

Hampir setiap malam hanya  pertanyaan pertanyaan itu yang ia habiskan  untuk waktunya.

Tak ada kata kata  penutup untuk tulisan ini,karena saya sendiripun tak pernah tau apa yang akhirnya terjadi pada perempuan ini,apa yang sebenarnya tuhan rencanakan untuk perempuan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline