Lihat ke Halaman Asli

Pandangan Syariat terhadap Mengemis kepada Seseorang

Diperbarui: 27 Februari 2018   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

PANDANGAN SYARIAT TERHADAP MINTA-MINTA (MENGEMIS)

Islam tidak mensyari'atkan seseorang meminta-minta dengan berbohong dan menipu. Alasannya bukan hanya karena melanggar dosa, tetapi juga karena perbuatan tersebut adalah merampas hak orang-orang miskin yang memang membutuhkan bantuan.

Banyak dalil yang menjelaskan haramnya meminta-minta dengan menipu dan tanpa adanya kebutuhan yang mendesak. Diantara hadits-hadits tersebut ialah sebagai berikut.

 [1] Diceritakan oleh adullah ibnu umar Radiyallahu 'anhu berkata: nabi SAW bersabda:

Artinya:Seseorang senantiasa meminta-minta kepada orang lain di hari kiamat nanti orang tersebut datang dan tidak ada sedikitpun sekerat daging yg menempel di wajahnya.

Di hari kiamat nanti akan ada seseorang yang wajahnya tidak ada secuil daging yg meenempel karna semasa di dunia atau semasa hidupnya orang tersebut sering meminta-minta yg tidak mempunyai masalah yg mendesak dan tujuannya hanya mengumpulkan harta dan memperbanyaknya.

[2] Diriwayatkan dari Samurah bin Jundub Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

Artinya:Meminta-minta itu merupakan cakaran, yang seseorang mencakar wajahnya dengannya, kecuali jika seseorang meminta kepada penguasa, atau atas suatu hal atau perkara yang sangat perlu.

Di atas telah di jelaskan meminta-minta harta orang lain tampa ada masalah yang medesak. Dan hadis ini juga menjelaskan meminta-minta tampa ada masalah yang mendesak itu sebuah cakaran, yang mana cakarn tersebut untuk mencakar wajahnya.

Bolehnya kita meminta kepada penguasa, jika kita dalam kefakiran. Penguasa adalah orang yang memegang baitul maal harta kaum Muslimin. Seseorang yang mengalami kesulitan, boleh meminta kepada penguasa karena penguasalah yang bertanggung jawab. .

Artinya;Wahai Hakiim! Sesungguhnya harta itu indah dan manis. Barang siapa mengambilnya dengan berlapang hati, maka akan diberikan berkah padanya. Barang siapa mengambilnya dengan kerakusan (mengharap-harap harta), maka Allah tidak memberikan berkah kepadanya, dan perumpamaannya (orang yang meminta dengan mengharap-harap) bagaikan orang yang makan, tetapi ia tidak kenyang (karena tidak ada berkah padanya). Tangan yang di atas (yang memberi) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang meminta)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline