Lihat ke Halaman Asli

Sampah Kampus: Implikasi Terhadap Lingkungan di Universitas Andalas

Diperbarui: 9 Desember 2024   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Trotoar Unand Dipenuhi Dedaunan Kering (Sumber: Kamera Penulis)

Jika di antara kita melihat sampah yang berserakan, kebanyakan dari kita tentu merasa risih dengan keberadaan sampah tersebut. Terutama jika sampah yang berserakan itu berada di lingkungan kampus. Meskipun terlihat sebagai masalah kebersihan sederhana, penumpukan sampah di lingkungan kampus ini menyimpan ancaman serius terhadap lingkungan, khususnya melalui pencemaran tanah. Lebih dari sekadar pemandangan yang tidak sedap, sampah kampus berdampak luas pada kualitas tanah dan ekosistem sekitarnya. Meningkatnya jumlah mahasiswa dan aktivitas kampus secara langsung berkontribusi pada peningkatan volume sampah. Jenis sampah sangat bervariasi, mulai dari sampah organik (sisa makanan dan daun kering) hingga sampah anorganik (plastik, kertas, dan logam). Kurangnya kesadaran akan dampak negatif sampah, pengelolaan sampah yang belum optimal, dan minimnya fasilitas daur ulang menyebabkan penumpukan sampah di berbagai titik kampus. Akibatnya, timbunan sampah yang tidak terkelola dengan baik menjadi sumber masalah lingkungan yang serius.

Salah satu dampak yang terlihat adalah pencemaran tanah. Sampah organik yang membusuk menghasilkan limbah cair yang mengandung berbagai polutan seperti metana (gas rumah kaca yang berbahaya), zat organik terlarut, dan mikroorganisme patogen. Limbah cair ini merembes ke dalam tanah dan mencemari lapisan tanah. Hal ini dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah, mengurangi kesuburannya, dan menghambat pertumbuhan tanaman. Sampah anorganik, khususnya plastik juga memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap tanah. Plastik tidak dapat terurai secara alami dan akan tetap berada di dalam tanah selama bertahun-tahun bahkan berabad-abad. Akumulasi plastik di dalam tanah dapat mengganggu struktur tanah, mengurangi aerasi (ketersediaan oksigen), dan menghambat infiltrasi air. Hal ini dapat mengakibatkan tanah menjadi padat, mengurangi kemampuannya untuk menunjang kehidupan tanaman, dan meningkatkan risiko terjadinya erosi. Selain itu, beberapa jenis plastik dapat melepaskan zat kimia berbahaya ke dalam tanah yang dapat mencemari rantai makanan dan membahayakan kesehatan manusia atau hewan.

Dampak pencemaran tanah akibat sampah kampus tidak hanya terbatas pada lingkungan kampus itu sendiri. Limbah cair dapat mencemari saluran air di sekitar kampus, mempengaruhi kualitas air sungai atau danau terdekat. Pencemaran tanah juga dapat berdampak pada kesehatan masyarakat, terutama jika polutan merembes ke dalam air tanah yang digunakan sebagai sumber air minum. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan pendekatan yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari pihak kampus, mahasiswa, hingga masyarakat sekitar. Peningkatan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah, penerapan program 3M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur ulang), peningkatan fasilitas pengolahan sampah, dan penegakan peraturan terkait pembuangan sampah merupakan langkah-langkah penting yang perlu dilakukan. Dengan memahami dampak serius penumpukan sampah terhadap tanah dan lingkungan, kita dapat bersama-sama membangun lingkungan kampus yang lebih sehat dan berkelanjutan. Melalui edukasi, partisipasi aktif, dan pengelolaan yang baik, kita dapat mengurangi ancaman ini dan menjaga kelestarian lingkungan kampus Universitas Andalas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline