Di antara circle pertemanan kalian, pasti ada satu teman yang hobi banget pinjam barang tapi selalu lupa untuk mengembalikan. Biasanya sih orang ini kalau di tongkrongan sebagai penimpal guyonan saja. Kalau ada teman yang lain melempar joke, tugas dia adalah menebalkan joke tersebut agar semakin lucu.
Nah, orang-orang ini nih yang hobi sekali keluar jalan-jalan tapi outfit yang dikenakan hasil pinjaman semua. Enggak modal. Kalau punya uang pilih dipakai untuk ke bioskop bareng pacar lalu beli popcorn segudang tapi untuk keperluan diri sendiri merasa paling miskin karena tidak punya apa-apa. Mblegedhes.
Saya ada pesan nih untuk kamu yang hobinya meminjam barang milik teman tapi tak pernah dikembalikan. Dengar baik-baik!
Saya dan kamu memiliki prioritas yang berbeda-beda. Saya akan mengumpulkan uang dan menggunakannya untuk membeli barang-barang yang sudah ada dalam list saya. Mungkin uang yang kamu kumpulkan digunakan untuk healing dengan pacar. Dari sini kita tahu bahwa kita memiliki aturan yang berbeda dalam memanfaatkan uang walaupun kita sama-sama memilikinya.
Jika di suatu kejadian kamu keluar bareng pacar atau gebetan, dan kamu bosan memakai outfitmu yang itu-itu saja, sebenarnya kamu boleh meminjam punya saya. Tidak apa-apa. Fine. Tapi mbok yo diingat lagi, ada adab yang namanya mengembalikan dalam sebuah akad pinjam meminjam.
Jangan sampai saya sebagai yang meminjami menjadi pihak yang membutuhkan karena terus mengingatkan. Jika kamu tahu, outfit saya itu tidak banyak seperti dalam dugaanmu. Hanya beberapa saja. Yang membedakan ialah saya bisa mix and match sementara kamu asal pakai. Pokoknya terlihat rapi saja.
Mungkin banyak orang berpikir bahwa salah satu penyebab putusnya tali persahabatan ialah karena hutang piutang. Ada satu hal lagi yang perlu ditambahkan. Meminjam barang tapi tidak dikembalikan. Saya sebagai yang meminjami sakit hati lo kalau salah satu barang saya tidak cepat-cepat dalam genggaman saya kembali. Proses membeli barang tersebut memerlukan effort. Ada masa menabung, ada waktu untuk berpikir, ada keputusan berat untuk merelakan uang tersebut sampai akhirnya menjadi barang yang kita inginkan.
Saya tahu sebenarnya kamu mempunyai niat untuk mengembalikan barang tersebut. Tapi niatmu tersebut kalah dengan rasa malasmu. Apa susahnya sih tinggal bangun, ambil barang yang kamu pinjam kemudian antar ke rumahku. Toh aku pasti menyambutmu dengan baik.
Saya meminjamkan barang itu berarti saya percaya kamu bisa menjaga barang tersebut dengan sangat baik. Masih ingatkah kamu dengan jaket hitam yang kamu pinjam dariku satu bulan lalu? Kondisi jaket sangat rapi dan baik saat kamu mengambilnya dariku. Bahkan seingat saya jaket tersebut baru aku beli tujuh bulan yang lalu. Entah apa yang kamu perbuat selama memakai jaket itu sehingga membuatnya sobek di bagian lengan ketika aku mengambilnya. Apakah tubuhmu terbuat dari pisau? Atau terangsang dari mulut tetangga yang tajam? Hanya kamu dan Tuhan yang mengerti.
Jaket hitam itu saya rawat dan jaga dengan sangat hati-hati supaya tetap prima. Agar awet selama bertahun-tahun. Eh malah kamu merusaknya. Kemudian kamu dengan mudahnya meminta maaf? Fine. Aku memang memaafkan. Tapi masa kamu tidak memiliki rasa tanggung jawab untuk memperbaikinya? Kamu tidak pernah diajar PPKN saat sekolah dulu?