Lihat ke Halaman Asli

Rizky Hadi

Anak manusia yang biasa saja.

#4 Gunung Kelud: Kawan yang Hilang

Diperbarui: 5 Maret 2022   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi

Kekhawatiran pasti akan selalu menyelimuti setiap diri manusia. Hal itu baik. Karena dengan kekhawatiran itulah kita bisa sadar dan peduli akan hal-hal kecil di sekeliling kita. Dan justru dengan khawatir kita akan otomatis memberanikan diri untuk menghadapi rintang yang melintang.

***

Setelah membereskan bekas makanan, kami hanya membawa dua tas kecil yang berisi botol air yang nanti akan diisi di air terjun dan kompor beserta panci. "Jalanan setelah ini akan menurun dan harus berpengangan tali sebagai alat bantu," jelas Rosyad.

Pukul setengah sembilan kami mulai berangkat. Kabut masih mengungkung gunung. Tapi kami masih punya keyakinan bahwa kabut akan segera hilang.

Benar apa yang dikatakan Rosyad. Lima menit kami berjalan, trek sudah menunjukkan kesulitannya. Menurun. Cukup curam. Butuh effort  yang berlebih bagi kami bertiga. Rosyad yang sudah malang melintang di dunia pendakian enteng saja melaluinya. Sementara saya, Ahmad, dan Agung harus menata napas berkali-kali. Kami harus berpegangan tali yang kuat jika tak ingin terpeleset di jalur pendakian.

Saya sempat berpikir jika trek menurun saja begini apalagi saat nanti kembali pasti akan lebih berat karena pasti trek akan menanjak. Kami harus kuat dan punya keyakinan tinggi. Sering sekali kami mengambil break. Mengatur napas sejenak.

Tak terasa setelah pelan-pelan kami berjalan, trek menurun sudah kami lalui. Selepas ini kami akan menghadapi jalur punggung naga. Sebelum melewati jalur punggung naga ini, terdapat sebuah peringatan bagi para pendaki. "Hati-Hati. Kiri dan Kanan Jurang." Melihat tulisan tersebut kami menjadi tertantang sekaligus menaikkan level kewaspadaan.

Disebut jalur punggung naga karena mungkin jalur ini yang menghubungkan antara puncak bayangan dan puncak setinggel gunung Kelud. Di samping kiri dan kanan jurang. Hanya tumbuhan liar dan ilalang yang menjadi pagar.

Sejauh ini pendakian berjalan normal. Kami terus berjalan dengan irama sedang. Kabut mulai menipis. Tak setebal beberapa menit yang lalu. Ini menjadi harapan baru. Sinar matahari pun perlahan mengintip dari balik mendung.

"Semangat! Sebentar lagi sampai di pertigaan jalur," seru Rosyad yang sudah memimpin di depan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline